MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT JANTUNG KORONER


MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT JANTUNG KORONER


Description: Gambar terkait


DISUSUN OLEH :
FITRI LESTARI ( 170511011 )





STIKES PEMKAB JOMBANG
TAHUN AKADEMIK 2018

KATA PENGANTAR

            Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah yang berjudul “PENYAKIT JANTUNG KORONER” ini dapat terselesaikan. Pembahasan ini bertujuan untuk mengetahui pengertian, faktor-faktor risiko, cara mengatasi dan cara mencegah penyakit jantung koroner.
            Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan permasalahan kesehatan utama yang dihadapi di berbagai negara di dunia. Banyaknya faktor yang mempengaruhi, menyebabkan diagnosis dan terapi penyakit tersebut terus berkembang. Meskipun penyakit jantung koroner merupakan penyakit yang sulit untuk diobati, namun para ilmuwan telah berusaha mengembangkan penelitian untuk pengobatan penyakit jantung koroner. Dengan selalu menerapkan prinsip hidup sehat maka masyarakat dapat terhindar dari kematian yang diakibatkan oleh penyakit jantung koroner.
            Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada:
1.      Ibu Supriliyah Praningsih S.Kep, Ns. selaku dosen mata kuliah Kardiovaskuler yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
2.      Orang tua penulis yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil.
3.      Teman-teman sekelas yang telah menyumbangkan banyak ide terhadap makalah ini.
4.      Dan pihak-pihak lain yang telah membantu.
            Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan ataupun penulisannya. Mungkin dalam makalah ini terdapat banyak kata yang kurang tepat, untuk itu penulis mohon maaf. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik  dan saran yang sifatnya membangun guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi penulis untuk lebih baik di masa yang akan datang.
            Semoga makalah ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Madiun, 28 Mei 2018
Penulis            



DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................................  i
KATA PENGANTAR....................................................................................................  ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL.......................................................................................................... v
BAB I      PENDAHULUAN.........................................................................................  1
1.1.   Latar Belakang.........................................................,,............................................. 1    
1.2.   Rumusan Masalah...................................................,..............................................  1
1.3.   Tujuan Pembahasan...............................................................................................   1
BAB II    PEMBAHASAN ............................................................................................ 3
2.1.   Pengertian Penyakit Jantung Koroner..................................................................... 3
2.1.1. Pengertian Jantung.......................................................................................   3
2.1.2. Penyakit Jantung Koroner.............................................................................  5    
2.2.   Etiologi  Penyakit Jantung Koroner .....................................................................  6
2.2.1. Faktor – Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner.......................................  7
2.2.1.1  Faktor Risiko Alami.................................................................................... 7
2.2.1.2  Faktor Risiko Utama....................................................................................8
2.2.1.3  Faktor Risiko Tidak Langsung ................................................................... 8
2.3.   Patofisiologi............................................................................................................9
2.4.   Manifestasi Klinis.................................................................................................. 10
2.5.  Cara Mecegah  Penyakit Jantung Koroner.............................................................  11
2.6.  Pemeriksaan Penyakit Jantung Koroner................................................................. 12
2.7.  Penatalaksanaan dan Pengobatan...........................................................................  20
BAB III   ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT JANTUNG KORONER..............30
3.1.   Pengkajian............................................................................................................... 31
3.2.   Asuhan Keperawatan Pada Penyakit Jantung Koroner  Nanda Nic Noc................33    
BAB IV   PENUTUP.......................................................................................................37
4.1. Kesimpulan...............................................................................................................37
4.2. Saran.........................................................................................................................37
4.3. Jurnal penelitian Penyakit Jantung Koroner............................................................ 38
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 39       

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Anatomi Jantung .........................................................................................  3
Gambar 2. Aterosklerosis.... .........................................................................................   5
Gambar 3. Iskemik........................................................................................................   6
Gambar 4.  Angioplasty................................................................................................   14
Gambar 5. Operasi by-pass .........................................................................................    14



























DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kolesterol total .........................................................................................         8
Tabel 2. LDL Kolesterol .........................................................................................        9
Tabel 3. HDL Kolesterol  .........................................................................................       9
Tabel 4. Kadar Trigeserid .........................................................................................       10
Tabel 5. Kriteria Tekanan Darah Dewasa ..................................................................     10



























BAB I
PENDAHULUAN
PENYAKIT JANTUNG KORONER

1.1     Latar Belakang
Penyakit Jantung Koroner merupakan sosok penyakit yang sangat menakutkan dan masih menjadi masalah baik di negara maju maupun negara berkembang. Meskipun tindakan pencegahan sudah dilakukan seperti pengaturan makanan (diet), menurunkan kolesterol ,diabetes dan hipertensi , PJK ini tetap menjadi masalah utama kesehatan. Masalah utama pada penyakit jantung koroner adalah aterosklerosis koroner. Merupakan penyakit progresif yang terjadi secara bertahap yaitu penebalan dinding arteri koroner. Aterosklerosis koroner dianggap sebagai proses pasif karena sebagian besar dihasilkan oleh kolesterol yang berada pada dinding arteri ( Yuet Wai Kan, 2000).
Data World Health Organization (WHO) tahun 2012 menunjukan 17,5 juta orang didunia meninggal akibat penyakit kardiovaskuler atau 31% dari 56,5 juta kematian di seluruh dunia. Lebih dari ¾ kematian akibat penyakit kardiovaskuler terjadi dinegara berkembang. Data Riskesdes tahun 2013 menunjukan, prevalensi tertinggi untuk penyakit Kardiovaskuler di Indonesia adalah PJK, yakni sebesar 1,5%. Dari prevalensi tersebut,angka tertinggi ada Provinsi Nusa Tenggara Timur (4,4%) dan terendah diProvinsi Riau (0,3%), kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kemenkes RI, dr Lily Ssulistyowati, MM usai konferensi pers terkait peluncuran obat jantung baru di Jakarta, Sabtu (29/7).
Penyebab kematian di Indonesia sekarang bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit kardiovaskular (antara lain PJK) dan degeneratif. Manifestasi klinik PJK yang klasik adalah angina pektoris. Angina pektoris ialah suatu sindroma klinis di mana didapatkan sakit dada yang timbul pada waktu melakukan aktivitas karena adanya iskemik miokard. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi > 70% penyempitan arteri koronaria. Angina pektoris dapat muncul sebagai angina pektoris stabil (APS, stable angina), dan keadaan ini bisa berkembang menjadi lebih berat dan menimbulkan Sindroma Koroner Akut (SKA) atau yang dikenal sebagai serangan jantung mendadak (heart attack) dan bisa menyebabkan kematian. Penyakit jantung-koroner (PJK) merupakan problem kesehatan utama di Negara maju. Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya PJK. sehingga upaya pencegahan harus bersifat multifaktorial juga.
Pencegahan harus diusahakan sedapat mungkin dengan cara mengendalikan faktor-faktor risiko PJK dan merupakan hal yang cukup penting pada penanganan PJK. Oleh sebab itu mengenal faktor-faktor risiko sangat penting dalam usaha pencegahan PJK, baik pencegahan primer maupun sekunder. Pencegahan primer lebih ditujukan pada mereka yang sehat tetapi mempunyai risiko tinggi, sedangkan pencegahan sekunder merupakan suatu upaya untuk mencegah memburuknya penyakit yang secara klinis telah diderita. Oleh karena itu sebagai calon seorang perawat professional diharapkan mampu mengerti serta melaksanakan asuhan keperawatan yang tepat pada pasien dengan berdasarkan etiologi atau faktor-faktor yang berkaitan dengan penyakit tersebut. Sesuai dengan konsep yang sudah ada yakni pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

1.2  Rumusan Masalah
1. Apa definisi Penyakit Jantung Koroner, Angina Pectoris dan Akut Miocard Infark? 2. Ada berapakah jenis-jenis Angina Pectoris?
3. Apa etiologi dari Angina Pectoris dan Akut Miocard Infark?
4. Bagaimanakan patofisiologi dari Angina Pectoris dan Akut Miocard Infark?
5. Bagaimanakah manifestasi klinis dari Angina Pektoris dan Akut Miocard Infark?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang dari Angina Pektoris dan Akut Miocard Infark 
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien yang Angina Pectoris dan Akut   Miocard Infark?

1.3  Tujuan Pembahasan
1. Untuk menjelaskan ulasan Penyakit jantung Koroner yang menyebabkan Angina Pektoris dan Akut Miokard Infark
2. Untuk menjelaskan penyebab Angina Pectoris dan Akut Miocard Infark, tanda dan gejala serta patofisiologinya dalam tubuh
3. Untuk mengetahui tindak lanjut intervensi keperawatan pada klien yang Angina Pectoris dan Akut Miocard Infark.
4. Untuk mengetahui Rehabilitatif.


BAB II
TINJAUAN TEORI
PENYAKIT JANTUNG KORONER

2.1. Pengertian Penyakit Jantung Koroner
2.1.1.  Pengertian Jantung
 Jantung merupakan organ yang terdiri dari otot. Letak jantung di dalam rongga dada sebelah depan (kavum mediastinum anterior), sebelah kiri bawah pertengahan rongga dada di atas diafragma,dan pangkalnya terdapat di belakang kiri antara kosta V dan kosta VI dua jari di bawah papilla mammae. Pada tempat ini teraba adanya denyutan jantung yang disebut iktus kordis. Ukuran kurang lebih sebesar genggaman tangan kanan dan beratnya kira-kira 250-300 gram.

Gambar 1. Anatomi Jantung








Lapisan dan Bagian Jantung
a.    Lapisan Jantung
1) Endokardium: lapisan yang terdapat di sebelah dalam yang terdiri dari jaringan endotel atau selaput lendir yang melapisi permukaan rongga jantung.
2)   Miokardium: lapisan inti dari jantung yang terdiri dari otot-otot jantung, otot jantung ini membentuk bundalan-bundalan otot yaitu :
Ø Bundalan otot atria yang terdapat di bagian kiri atau kanan dan basis kordis yang membentuk serambi atau aurikula kordis.
Ø Bundalan ventrikel yang membentuk bilik jantung, dimulai dari cincin atrioventrikuler sampai di apeks jantung.
Ø Bundalan otot atrioventrikuler merupakan dinding pemisah antara serambi dan bilik jantung.
3)   Perikardium: lapisan jantung sebelah luar yang merupakan selaput pembungkus, terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan pariental dan lapisan viseral yang bertemu di pangkal jantung membentuk kantung jantung.
b.    Bagian Jantung
1)   Atrium kanan: menyediakan sekitar 20% volume sekuncup ventrikel kanan, melakukan kontraksi dan mempunyai aksi sebagai jalan terusan pengisian pasif dari ventrikel kanan.
2)   Atrium kiri: menyediakan sekitar 20% volume sekuncup ventrikel kiri, kontraksi dan mempunyai aksi sebagai jalan terusan pengisian pasif dari ventrikel kiri.
3)   Ventrikel kanan: memompa darah yang mengandung karbondioksida ke sirkulasi pulmonar.
4)   Ventrikel kiri: memompa darah yang mengandung oksigen ke sirkulasi pulmonar.
Pada orang awam, atrium dikenal dengan serambi dan ventrikel dikenal dengan bilik. Kedua atrium merupakan ruang dengan dinding otot yang tipis karena rendahnya tekanan yang ditimbulkan oleh atrium. Sebaliknya ventrikel mempunyai dinding otot yang tebal terutama ventrikel kiri yang mempunyai lapisan tiga kali lebih tebal dari pada ventrikel kanan. Kedua atrium dipisahkan oleh sekat antar atrium (septum inter-atriorum), sementara kedua ventrikel dipisahkan oleh sekat antar ventrikel (septum inter-ventrikulorum). Atrium dan ventrikel pada masing-masing sisi jantung berhubungan satu sama lain melalui suatu penghubung yang disebut orifisium atrioventrikuler. Orifisium ini dapat terbuka atau tertutup oleh suatu katup atrioventrikuler (katup AV). Katup AV sebelah kiri disebut katup bikuspid (katup mitral) sedangkan katup AV sebelah kanan disebut katup trikuspid.
Di antara atrium kanan dan ventrikel kanan ada katup yang memisahkan keduanya yaitu katup trikuspid, sedangkan pada atrium kiri dan ventrikel kiri juga mempunyai katup yang disebut katup mitral (katup bikuspid). Kedua katup ini berhungsi sebagai pembatas yang dapat terbuka dan tertutup pada saat darah masuk dari atrium ke ventrikel.
v Fisiologi Jantung
a.    Periode konstriksi (periode sistole)
Suatu keadaan ketika jantung bagian ventrikel dalam keadaan menguncup. Katup bikus dan trikuspidalis dalam keadaan tertutup valvula semilunaris aorta dan valvula semilunaris arteri pulmonalis masuk ke paru-paru kiri dan kanan. Sedangkan darah dari ventrikel sinistra mengalir ke aorta kemudian di edarkan ke seluruh tubuh.
b.    Periode dilatasi (periode diastole)
Suatu keadaan ketika jantung mengembang. Katup bikus dan trikuspidalis terbuka, sehingga darah sehingga darah masuk dari atrium ke ventrikel dekstra. Selanjutnya darah yang ada di paru-paru kiri dan kanan melalui vena pulmonalis masuk ke atrium sinistra dan darah dari seluruh tubuh melalui vena kava masuk ke atrium dekstra.
c.    Periode istirahat
Merupakan waktu antara periode konstriksi dan dilatasi ketika jantung berhenti kira-kira 1/10 detik. Pada waktu kita beristirahat jantung akan menguncup sebanyak 70-80 kali/menit. Pada tiap-tiap konstriksi jantung akan memindahkan darah ke aorta sebanyak 60-70 cc.

2.1.2.  Pengertian Penyakit Jantung Koroner 
Penyakit Jantung Koroner (pjk) adalah keadaaan dimana terjadi ketidak seimbangan antara kebutuhan otot jantung atas oksigen dengan penyediaan yang di berikan oleh pembuluh darah koroner. Ketidakmampuan pembuluh darah koroner untuk menyediakan kebutuhan oksigen biasanya diakibatkan oleh penyumbatan athroma (plak) pada dinding bagian dalam pembuluh darah koroner. (Abdul Majid, 2007).

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhvV9h7iZJm86YiFM9uCRvQqGeIb4TlwvxsiUnEFKVUm25ECqMGvfza5xSqQnog9CghFdAydC7IlIHQ2lvW6SOQ2iWtG7nTSNcLWvZs47_-IEmwojF58G_Ng_iMV5qNzxcPhwpwOOCvlOgK/s1600/pjk.jpg
Gambar 2.proses Arterosklerosis



2.2    Etiologi  Penyakit Jantung Koroner
Penyakit jantung koroner disebabkan karena  pembentukan plak arteriosklerosis. Aterosklerosis pembuluh koroner merupakan penyebab penyakit arteri koronaria paling sering ditemukan. Aterosklerosis menyebabkan penimbunan lipid dan jaringan fibrosa dalam arteri koronaria, sehingga mempersempit lumen pembuluh darah. Bila lumen menyempit maka resistensi terhadap aliran darah akan meningkat dan membahayakan aliran darah miokardium. Bila penyakit ini semakin lanjut, maka penyempitan lumen akan diikuti perubahan pembuluh darah yang mengurangi kemampuannya untuk melebar. Dan kebutuhan oksigen menjadi tidak stabil sehingga akan membahayakan miokardium yang terletak di sebelah distal dari daerah lesi.   Aterosklerosis pada arteri besar dan kecil ditandai dengan penimbunan endapan lemak, trombosit, neutrofil, monosit, dan makrofag di seluruh kedalaman tunika intima (lapisan sel endothel) dan akhirnya ke tunika media (lapisan otot polos).
Terhalang atau tersumbatnya pembuluh arteri dapat disebabkan oleh pengendapan kalsium, kolesterol lemak dan lain-lain substansi, yang dikenal sebagai plak. Dalam periode tersebut deposit ini tertimbun secara perlahan-lahan yang akhirnya diameter di arteri koroner yang masih dapat dilalui darah makin lama semakin sempit, sampai pembuluh tersebut tidak dapat dilewati darah sesuai dengan kebutuhan otot jantung. Terhalangnya aliran darah seperti di atas disebut sebagai fixed blockage13. Plak sering timbul pada tempat-tempat dimana terjadi turbulensi maksimum seperti pada percabangan, daerah dengan tekanan tinggi, daerah yang pernah terkena trauma dimana terjadi deskuamasi endothel yang menyebabkan adesi trombosit.







Iskemia (kerusakan) yang berat dan mendadak akan menimbulkan kematian sel otot jantung yaitu disebut infark jantung akut yang irreversibel (tidak dapat sembuh kembali). Hal ini juga dapat menyebabkan gangguan fungsi jantung dengan manifestasinya adalah nyeri.

2.2.1. Faktor-faktor resiko Penyakit Jantung Koroner
Faktor risiko suatu penyakit adalah faktor-faktor yang diyakini meningkatkan risiko timbulnya penyakit yang bersangkutan. Namun hal itu tidak bersifat absolut. Artinya bila seseorang memiliki salah satu faktor saja atau kombinasi dari beberapa jenis faktor risiko, tidak berarti bahwa secara otomatis ia mengidap penyakit jantung koroner. Tetapi ia memiliki kemungkinan lebih besar terkena penyakit daripada yang tidak memiliki faktor risiko.
 2.2.1.1 Faktor Resiko Alami
a)        Genetik
Riwayat keluarga yang positif terhadap PJK (saudara atau orang tua yang menderita penyakit ini sebelum usia 50 tahun) meningkatkan timbulnya aterosklerosis prematur. Pentingnya pengaruh genetic dan lingkungan masih belum diketahui. Tetapi, riwayat keluarga dapat juga mencerminkan komponen lingkungan yang kuat, seperti misalnya gaya hidup yang menimbulkan stress atau obesitas.
b)        Jenis Kelamin
Wanita lebih kebal pada penyakit jantung koroner daripada pria. Hal ini disebabkan karena wanita memiliki hormon estrogen yang mampu melebarkan pembuluh darah sehingga potensi  terjadi penyempitan lebih kecil. Namun pada wanita yang telah mengalami menopause, memilki risiko yang sama besar dengan pria
c)        Usia
Risiko PJK meningkat dengan bertambahnya usia; penyakit yang serius jarang terjadi sebelum usia 40 tahun. Tetapi hubungan antara usia dan timbulnya penyakit mungkin hanya mencerminkan lebih panjangnya lama paparan terhadap faktor-faktor pemicu. Pada masa tua terjadi degeneratif fungsi jantung dan pembuluh darah.
d)       Ras
Orang Amerika-Afrika lebih rentan terhadap PJK daripada orang kulit putih.

2.2.1.2. Faktor Resiko Utama
a)        Kolesterol
Kolesterol merupakan salah satu kata yang sering diucapkan oleh masyarakat umum terutama bila menyangkut masalah kesehatan, biasanya dengan konotasi negative. Sesungguhnya kolesterol tidaklah selalu jelek.  Dari segi ilmu kimia, kolesterol merupakan senyawa lemak yang kompleks yang dihasilkan oleh tubuh untuk bermacam-macam fungsi kolesterol maka tubuh membuatnya sendiri di dalam hati (liver).
Kolesterol yang berada dalam zat makanan yang kita makan meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Sejauh pemasukan ini masih seimbang dengan kebutuhan, tubuh kita akan tetap sehat. Tetapi sangat disayangkan kebanyakan dari kita memasukkan kolesterol lebih dari apa yang diperlukan, yaitu dengan makan makanan yang mengandung lemak yang kaya akan koelsterol dalam jumlah yang berlebihan. Hal ini dapat dimengerti karena hidangan yang lezat umumnya mengandung banyak lemak. Hasilnya mudah diterka, yaitu kadar kolesterol darah meningkat sampai di atas angka normal yang diinginkan.
Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di dalam pembuluh darah arteri, yang menyebabkan penyempitan dan pengerasan yang dikenal sebagaiatherosclerosis. Seperti telah disebutkan di muka, bila penyempitan dan pengerasan ini cukup berat, sehingga menyebabkan suplai darah ke otot jantung tidak cukup jumlahnya, maka timbul sakit atau nyeri dada yang disebut angina, bahkan dapat menjurus ke serangan jantung. Di sinilah kolesterol tersebut berperan negative terhadap kesehatan. Karena alasan tersebut di atas, maka kadar kolesterol yang abnormal menjadi factor risiko utama PJK.
Ø Parameter kolesterol terdiri dari:
1. Kolesterol total
Kadar kolesterol total darah yang sebaiknya adalah (200mg/dl, bila) 200  mg/dl berarti risiko untuk terjadinya PJK meningkat.
Kolesterol
Normal
Agak tinggi (Pertengahan)
Tinggi
<200 mg/dl
200 – 239 mg/dl
>240 mg/dl
                Tabel 1. Kolesterol Total

2. LDL kolesterol
  LDL (Low Density Lipoprotein) kolesterol biasa disebut kolesterol jahat  karena apabila kadar LDL kolesterol meninggi akan menyebabkan penebalan dinding pembuluh darah dan pengendapan kolesterol di arteri. Kadar LDL kolesterol lebih tepat sebagai petunjuk untuk mengetahui risiko PJK daripada kadar kolesterol total saja. Kadar LDL kolesterol > 130 mg/dl akan meningkatkan risiko terjadinya PJK. Kadar LDL kolesterol yang tinggi ini dapat diturunkan dengan diet.
Kadar Kolesterol
Normal
Agak tinggi (Pertengahan)
Tinggi
<130 mg/dl
130 – 159 mg/dl
>160 mg/dl
    Tabel 2. LDL Kolesterol

3. HDL kolesterol
HDL (High Density Lipoprotein) kolesterol sering disebut kolersterol baik karena mengangkut kelebihan kolesterol jahat dari pembuluh darah kembali ke hati untuk dibuang sehingga mencegah penebalan dinding pembuluh darah atau mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Jadi makin rendah kadar HDL kolesterol, makin besar kemungkinan terjadinya PJK. Kadar HDL kolesterol dapat dinaikkan dengan mengurangi berat badan, menambah exercise dan berhenti merokok.
Kadar Kolesterol
Normal
Agak tinggi (Pertengahan)
Tinggi
> 45 mg/dl
35 - 45 mg/dl
>35 mg/dl
                Tabel 3. HDL Kolesterol

4. Kadar trigliserid
Trigliserid merupakan lemak di dalam tubuh yang terdiri dari 3 jenis lemak yaitu lemak jenuh, lemak tidak jenuh tunggal dan lemak tidak jenuh ganda. Kadar trigliserid yang tinggi merupakan faktor risiko untuk terjadinya PJK. Kadar trigliserid perlu diperiksa pada keadaan sebagai berikut yaitu bila kadar kolesterol total > 200 mg/dl, ada PJK, ada keluarga yang menderita PJK <55 tahun, ada riwayat keluarga dengan kadar trigliserid yang tinggi, ada penyakit DM & pankreas. Pengukuran kadar trigliserid kadang-kadang diperlukan untuk menghitung kadar LDL kolesterol, karena pemeriksaan laboratorium biasanya langsung dapat mengukur kolesterol total, HDL kolesterol dan trigliserid.
Kadar Kolesterol
Normal
Agak tinggi (Pertengahan)
Tinggi
> 150 mg/dl
150 - 250 mg/dl
>500 mg/dl
                            Tabel 4. Kadar Trigliserid

b)     Hipertensi
  Peningkatan tekanan darah merupakan beban yang berat untuk jantung, sehingga menyebabkan hipertropi ventrikel kiri atau pembesaran ventrikel kiri (faktormiokard). Serta tekanan darah yang tinggi menimbulkan trauma langsung terhadap dinding pembuluh darah arteri koronaria, sehingga memudahkan terjadinya aterosklerosis koroner (factor koroner).

Sistolik
Diastolik

< 130
< 85
Normal
131 -159
86 – 99
Hipertensi ringan
160 – 179
100 – 109
Hipertensi sedang
180 – 209
110 – 119
Hipertensi berat
> 210
> 120
Hipertensi sangat berat
                Tabel 5. Kriteria Tekanan Darah Dewasa

c)         Merokok
     Merokok dapat merangsang proses aterosklerosis karena efek langsung pada dinding arteri, karbon monoksida menyebabkan hipoksia arteri, nikotin menyebabkan mobilisasi katekolamin yang menimbulkan reaksitrombosit, glikoprotein tembakau dapat menimbulkan reaksi hipersensitifitas dinding arteri.

2.2.1.3. Faktor Resiko Tidak Langsung
a)        Diabetes Mellitus
Diabetes menyebabkan factor risiko terhadap PJK yaitu bila kadar glucose darah naik terutama bila berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga gula darah (glukoosa) tersebut dapat menjadi pekat, dan ini mendorong terjadinya pengendapanatherosclerosis pada arteri koroner. Pasien dengan diabetes cenderung mengalami gangguan jantung pada usia yang masih muda. Diabetes yang tidak terkontrol dengan kadar glukosa yang tinggi dalam darah cenderung menaikan kadar kolesterol.
b)       Obesitas
  Obesitas adalah kelebihan jumlah lemak tubuh > 19 % pada laki laki dan > 21 % pada perempuan. Obesitas juga dapat meningkatkan kadar kolesterol dan LDL kolesterol. Risiko PJK akan jelas meningkat bila BB mulai melebihi 20% dari BB ideal. Obesitas mendorong timbulnya factor risiko yang lain seperti diabetes mellitus, hipertensi, yang pada taraf selanjutnya meningkatkan risiko PJK. Obesitas dalam arti kurangnya tenaga yang dikeluarkan sehingga zat makanan yang dimakan akan tersimpan akan tersimpan dan tertumpuk dalam tubuh sebagai lemak
c)        Aktivitas Fisik
 Masyarakat yang tidak aktif sedikitnya 2 kali lebih besar ditemukannya PJK daripada masyarakat yang aktif. Sedikit aktivitas fisik dapat memperburuk faktor risiko PJK lainnya, seperti tinggi kolesterol dalam darah dan trigliserid, hipertensi, diabetes dan prediabetes, dan obesitas. Sangat penting sekali untuk anak-anak dan dewasa untuk melakukan aktifitas fisik sebagai rutinitas sehari-hari. Salah satu alasan mengapa orang Amerika tidak cukup aktif dikarenakan mereka hanya menghabiskan waktu di depan TV dan mengerjakan pekerjaannya di depan computer. Beberapa spesialis menyarankan anak umur 2 tahun dan yang lebih tua sebaiknya tidak menghabiskan waktu dengan menonton TV atau memakai computer lebih dari 2 jam. Aktif secara fisik adalah salah satu hal terpenting yang dapat menjaga kesehatan jantung.
d)        Stress
Stres dianggap merupakan salah satu faktor risiko dari PJK meskipun belum dapat “diukur” berapa besar pengaruh tersebut memicu timbulnya PJK. Demikian juga, amat sulit untuk memberikan definisi stress secara cepat. Mungkin deskripsi yang paling mendekati ialah suatu keadaan mental yang Nampak sebagai kegelisahaan, kekhawatiran, tensi tinggi, keasyikan yang abnormal dengan suatu dorongan atau sebab dari lingkungan yang tidak menyenangkan. Jadi seorang yang mengalami tres dapat mengeluh karena merasa tidak sehat, sakit kepala, berdebar (palpitasi), sakit lambung atau susah tidur, tidak bahagia, atau bahkan depresi. Tidak semua simtom tersebut hadir bersama – sama. Stres dapat memicu pengeluaran hormone andrenalin dan katekolamin yang tinggi dapat berakibat mempercepat kekejangan (spam) arteri koroner, sehingga suplai darah ke otot jantung terganggu.
e)        Diet dan nutrisi
  Diet yang tidak sehat dapat meningkatkan risiko PJK. Misalnya, makanan yang tinggi lemak jenuh, lemak trans dan kolesterol yang akan meningkatkan kolesterol LDL. Dengan demikian, maka harus membatasi makanan tersebut Lemak jenuh ditemukan di beberapa daging, produk susu, coklat, makanan yang dipanggang, dan makanan goreng dan makanan yang diproses. Lemak trans ditemukan di beberapa makanan yang digoreng dan diproses.      
  Kolesterol ditemukan pada telur, daging, produk susu, makanan yang dipanggang, dan beberapa jenis kerang. Hal ini juga penting untuk membatasi makanan yang tinggi natrium (garam) dan tambahan gula. Diet tinggi garam dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi. Tambahan gula akan memberi kalori tambahan tanpa nutrisi seperti vitamin dan mineral. Hal ini dapat menyebabkan berat badan meningkat, yang meningkatkan risiko PJK. Tambahan gula banyak ditemukan di makanan penutup, buah-buahan kalengan yang dikemas dalam sirup, minuman buah, dan minuman soda non diet.
f)     Alkohol
Alkohol dapat mengurangi risiko PJK. Namun, mengkonsumsi terlalu banyak alkohol akan menjadi suatu risiko. Ketika diambil secara berlebihan, alkohol merugikan jantung dan organ lainnya. Hal ini secara langsung dapat menyebabkan kerusakan otot jantung dan detak jantung yang irreguler dari jantung. Alkohol dapat menyebabkan obesitas, trigliserida tinggi, tekanan darah tinggi, stroke dan kanker.41 Alkohol akan meningkatkan tekanan darah. Hal ini juga akan menambah kalori yang dapat menyebabkan kenaikan berat badan. Ada banyak alasan untuk tetap konsumsi alkohol dalam batas yang wajar. Pria dianjurkan untuk minum tidak lebih dari 28 unit seminggu dan perempuan tidak lebih dari 21 unit . Unit didefinisikan sebagai suatu jenis alkohol (misalnya, bir, wine, dll).






2.3         Patofisiologi
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcFVebe3K0Q68JWoiuDXln0NxkPO8JsdnKsGT9m6x3529h52DJBy7HipeIwWLrMxdVLOXEvOV4Et6dovMBlXES3wv4KcvhDAnwrL0xELT6zA1TgujtDMcvJzTQugZuFJj1eKf4fcy5Pfhx/s640/pjk+2.jpg
   Penyakit Jantung Koroner sering terjadi pada orang yang memiliki satu atau lebih faktor resiko seperti: obesitas, merokok, hipertensi, dll. Faktor-faktor ini menyebabkan interaksi fibrin dan patelet sehingga menimbulkan cidera endotel pembuluh darah koroner. Interaksi tersebut menyebabkan invasi dan akumulasi lipid yang akan membentuk plak fibrosa. Timbunan plak menimbulkan lesi komplikata yang dapat menimbulkan tekanan pada pembuluh darah dan apabila rupture dapat terjadi thrombus. Thrombus yang menyumbat pembuluh darah menyebabkan aliran darah berkurang, sehingga suplai O2 yang diangkut darah kejaringan miokardium berkurang yang berakibatpenumpukan asam laktat. Asam laktat yang meningkat menyebabkan nyeri dan perubahan PH endokardium yang menyebabkan perubahan elektro fisiologi endokardium, yang pada akhirnya menyebabkan perubahan sistem konduksi jantung sehingga jantung mengalami disritmia.Iskemik yang berlangsung lebih dari 30 menit menyebabkan kerusakan otot jantung yang ireversibel dan kematian otot jantung (infark). Miokardium yang mengalami kerusakan otot jantung atau nekrosis tidak lagi dapat memenuhi fungsi kontraksi dan menyebabkan keluarnya enzim dari intrasel ke pembuluh darah yang dapat dideteksi dengan pemeriksaan laboratorium. Otot jantung yang infark mengalami perubahan selama penyembuhan. Mula-mula otot jantung yang mengalami infark tampak memar dan siarotik karena darah di daerah sel tersebut berhenti.
Dalam jangka waktu 2-4 jam timbul oedem sel-sel dan terjadi respon peradangan yang disertai infiltrasi leukosit. Infark miokardium akan menyebabkan fungsi ventrikel terganggu karena otot kehilangan daya kontraksi. sedang otot yang iskemik disekitarnya juga mengalami gangguan dalam daya kontraksi secara fungsional infark miokardium akan mengakibatkan perubahan-perubahan pada daya kontraksi, gerakan dinding abnormal, penurunan stroke volume, pengurangan ejeksi peningkatan volume akhir sistolik dan penurunan volume akhir diastolik vertrikel. Keadaan tersebut diatas menyebabkan kegagalan jantung dalam memompa darah (jatuh dalam dekompensasi kordis) dan efek jantung ke belakang adalah terjadinya akumulasi cairan yang menyebabkan terjadinya oedem paru-paru dengan manifestasi sesak nafas. Sedangkan efek ke depan terjadinya penurunan COP sehingga suplay darah dan oksigen sistemik tidak adekuat sehingga menyebabkan kelelahan. Bila terjadi peningkatan kebutuhan jaringan aliran yang tadinya mencukupi menjadi berkurang.
Hal ini akan menyebabkan hipoksia jaringan yang akan menghasilkan peningkatan hasil metabolisme misalnya asam laktat. Akan menimbulakan manifestasi klinis nyeri dada, rasa berat, rasa tertekan, panas, rasa tercekik, tak enak dada, capek kadang – kadang seperti masuk angin. Manifestasi angina yang timbul setelah aktivitas fisik disebut effort angina.
Ø  Gradasi beratnya nyeri dada telah dibuat oleh Canadian Cardiovascular Societyf sebagai berikut:
1. Angina Pektoris stabil disebut juga angina klasik, terjadi jika arteri koroner yang arterosklerotik tidak dapat berdilatasi untuk meningkatkan alirannya sewaktu kebutuhan oksigen meningkat. Peningkatan kerja jantung dapat menyertai aktivitas misalnya berolah raga atau naik tangga.
a. Awitan secara klasik berkaitan dengan latihan atau aktifitas yang meningkatkan kebutuhan oksigen niokard
b. Nyeri segera hilang dengan istirahat atau penghentian aktifitas
c.  Durasi nyeri 3-15 menit
2. Angina Pektoris tidak stabil (Angina pra infark; Angina kresendo) Adalah kombinasi angina stabil dengan angina prinzmetal, dijumpai pada individu dengan perburukan penyakit arteri koroner. Angina ini biasanya menyertai peningkatan beban kerja jantung. Hal ini tampaknya terjadi akibat arterosklerosis koroner, yang ditandai oleh trombus yang tumbuh dan mudah mengalami spasme.
a. Durasi serangan dapat timbul lebih lama dari angina pektoris stabil
b. Pencetus dapat terjadi pada keadaan istirahat atau pada tigkat aktifitas ringan
c. Kurang responsive terhadap nitrat
d. Lebih sering ditemukan depresisegmen ST
e. Dapat disebabkan oleh ruptur plak aterosklerosis, spasmus, trombus atau trombosit yang beragregasi.
3. Angina Prinzmental (Angina Varian: Istrahat) Angina yang terjadi karena spasme   arteri koronaria.
Ø Berhubungan dengan risiko tinggi terjadinya infark
 a. Sakit dada atau nyeri timbul pada waktu istirahat, seringkali pagi hari
 b. Nyeri disebabkan karena spasmus pembuluh koroneraterosklerotik
 c. EKG menunjukkan elevasi segmen ST
 d. Cenderung berkembang menjadi infark miokard akut
 e. Dapat menjadi aritmia Jantung adalah sebuah pompa, dan cara kerjanya ada pada gambar di bawah. Sisi kiri dari jantung memompa darah keseluruh tubuh; sisi kanan memompa darah ke paru-paru. Prinsipnya sngat mudah untuk di mengerti.
Oksigen diambil oleh darah yang melewati peru-paru, dan disebarkan kejaringan-jaringan tubuh, yang digunakan untuk membakar glukosa untuk menghasilkan energi. Bahan sisa dari energi itu, yaitu karbondioksida, diambil oleh pembuluh darah balik (vena), dibawa ke sisi kanan jantung, tempat ia dipompa ke paru-paru dan ditukar dengan oksigen.
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgM791ohVKdRBc6dJ9MPl4smKxfPsNiyAeCDNpbnlEcNCzBuh18v1K3CsP8sX0TX4iq8Bul43oNy-am_thcFbJFLgVoRe2MyLHKprpguR97NziYmbP3MEc0BFIm22Y4ToWIsSxUQf5xBUu/s320/Capture.PNG

 Hal pertama hal yang peru dimengerti yaitu bahwa jantung adalah sebuah otot, miokardium (myo=otot, cardia=jantung). Ini berbeda dari semua otot dalam tubuh dalam kemampuannya yang luar biasa untuk pulih dengan sangat cepat dari pengerutan atau “denyut” sebelumnya. Ia menyelesaikan siklus-siklusnya atau tindakan pemendekan dan pemanjangannya dalam seperlima detik, kemudian membutuhkan tiga atau empat perlima detik untuk memulihkan diri, agar ia bisa mengkerut lagi.
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqwsdp2BpdDxevqcmJBL7Rgsa1o0CXIa2-E6zTQX8KiH-ozYKI6RuCx7TwlcbqY70qgf4ibKy02lj5iV8FqPmC4cxWsj4QYFnaAG1Brejns1rrk9KML4MBU1Edpvb54zANlhNQyHAGavzZ/s320/Capture1.PNG
Pada saat istirahat yang sangat penting itu, otot jantung mengatur kembali dirinya sehingga ia bisa memendek atau mengkerut kembali dirinya sehingga bisa memendek atau mengkerut kembali tanpa menjadi lelah. Ketika berdenyut ia mengguanakn oksigen yang diambil dari dalam darah untuk mengubah glukosa yang ada dalam simpanannya menjadi energi
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgWrJjO4ryvsp9xrOOnsb6MLHHCxW5ZyhLeQDl8Y6kyD6wUJc5C9FDz0KzVWT9KjghRaY6DnfysOc-roYTrNfaMNxdoIrw2Tra1E717E9QbnDiT5sSloiE8Srvdsp8HtivPL9nQkFLJLyMQ/s320/Capture2.PNG

2.4         Manifestasi Klinis
 Semua Semua pasien PJK memiliki pengalaman dan tanda-tanda secara fisik dan gejala PJK dari waktu ke waktu yaitu mengalami perasaan nyeri di dada, kegelisahan atau perasaan sakit pada kaki, pinggang, perut, tulang rusuk, rahang, sendi, tulang belakang, tenggorokan dan tulang leher belakang, merasa lemah, lelah, dan kehilangan energi, nafas pendek, pusing, sakit kepala, tidak mampu untuk melakukan pekerjaan dengan normal sebagai akibat dari obesitas. Semua pasien PJK yang mendapat pengobatan atau perawatan fisik sebelumnya sudah melakukan pengobatan mengenai asma, kegemukan, tidak menentunya detak jantung, penyakit perdarahan jantung, paru-paru, ginjal atau masalah pada spinal, rasa sakit pada kaki, diabetes atau arthritis.               Sebagian besar dari pasien PJK telah aktif dengan kehidupan mereka sehari-hari, tetapi serangan jantung koroner membuatnya tidak aktif, tidur, lemah, tidak berdaya, dan tergantung pada pengobatan-pengobatan dan keluarga maupun tetangga untuk mendapatkan dukungan. Secara psikologi, pasien PJK mengalami ketakutan yang luar biasa, kegelisahan, khawatir dan depresi, sementara beberapa yang lain menjalani keadaan normal pikiran dan mendengarkan berita-berita baru dari statusnya yang positif terkena PJK. Sebagian besar dari pasien PJK merasa bosan dengan kehidupannya, berlebihan dan di bawah emosional, mudah marah dan bermusuhan.

2.5 Cara Mencegah Penyakit Jantung Koroner
      Walaupun penyakit jantung koroner merupakan penyakit yang mematikan namun penyakit ini dapat dicegah, Berikut beberapa tips cara mencegah penyakit jantung koroner:
a.     Berhenti merokok sedini mungkin
b.    Berolahraga secara teratur
c.     Konsumsi makanan sehat dan gizi seimbang
d.    Hindari stress yang berlebihan
e.     Hindari pola hidup tidak sehat
f.     Kurangi konsumsi alkohol
g.    Menjaga tekanan darah
h.    Kontrol gula darah
i.      Menurunkan berat badan

2.6  Pemeriksaan Penyakit Jantung Koroner
a.    Elektrokardiogram (EKG).
     Elektrokardiogram mencatat sinyal listrik ketika mereka bergerak melalui jantung anda. EKG sering mengungkapkan bukti dari serangan jantung sebelumnya atau dalam perkembangan. Dalam kasus lain, Holter monitoring mungkin disarankan. Dengan EKG jenis ini , Anda memakai monitor portabel selama 24 jam saat anda menjalani aktivitas normal. Kelainan tertentu mungkin menunjukkan aliran darah tidak memadai untuk jantung anda.
b.    Echocardiogram.
     Ekokardiogram menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambar jantung anda. Selama ekokardiogram, dokter anda dapat menentukan apakah semua bagian dari dinding jantung berkontribusi biasa dalam aktivitas memompa jantung. Bagian yang bergerak lemah mungkin telah rusak selama serangan jantung atau menerima terlalu sedikit oksigen. Ini mungkin menandakan penyakit arteri koroner atau berbagai kondisi lain.
c.    Tes stres.
     Jika tanda-tanda dan gejala paling sering terjadi selama olah raga, dokter mungkin meminta anda untuk berjalan di atas treadmill atau naik sepeda statis selama EKG. Hal ini dikenal sebagai olah raga tes stres. Dalam kasus lain, obat untuk merangsang jantung anda dapat digunakan sebagai pengganti olah raga. Beberapa tes stres dilakukan dengan menggunakan ekokardiogram. Ini dikenal sebagai stres echos. Sebagai contoh, dokter anda mungkin melakukan USG sebelum dan setelah olah raga di atas treadmill atau sepeda. Atau dokter anda dapat menggunakan obat untuk merangsang jantung anda selama ekokardiogram.
d.   Koroner kateterisasi.
     Untuk melihat aliran darah melalui jantung anda, dokter anda mungkin menyuntikkan cairan khusus ke dalam pembuluh darah (intravena). Hal ini dikenal sebagai angiogram. Cairan disuntikkan ke dalam arteri jantung melalui pipa panjang, tipis, fleksibel (kateter) yang dilewati melalui arteri, biasanya di kaki, ke arteri jantung. Prosedur ini dinamakan kateterisasi jantung. Pewarna menandai bintik-bintik penyempitan dan penyumbatan pada gambar sinar-X. Jika anda memiliki penyumbatan yang membutuhkan perawatan, balon dapat didorong melalui kateter dan ditiup untuk meningkatkan aliran darah dalam jantung. Sebuah pipa kemudian dapat digunakan untuk menjaga arteri melebar terbuka.
e.    Teknologi CT scan.
     Computerized tomography (CT) , seperti berkas elektron computerized tomography (EBCT) atau CT angiogram koroner, dapat membantu dokter anda memvisualisasikan arteri anda. EBCT, juga disebut sebagai ultrafast CT scan, dapat mendeteksi kalsium dalam lemak yang sempit arteri koroner. Jika sejumlah besar kalsium ditemukan, penyakit arteri koroner mungkin terjadi. CT angiogram koroner, di mana anda menerima pewarna kontras yang disuntikkan secara intravena selama CT scan, juga dapat menghasilkan gambar dari arteri jantung anda.
f.     Magnetic Resonance angiogram (MRA).
     Prosedur ini menggunakan teknologi MRI, sering digabungkan dengan menyuntikkan zat warna kontras, untuk memeriksa area penyempitan atau penyumbatan - meskipun rincian mungkin tidak sejelas yang disediakan oleh kateterisasi koroner.
.g. Laboratorium Peningkatan enzim CK-MB, CK 3-8 jam setelah sernagan puncaknya 10-30 gram dan normal kembali 2-3 hari- Peningkatan LDH setelah serangan puncaknya 48-172 jam dan kembali normal 7-14 hari- Leukosit meningkat 10.000 – 20.000 kolesterol atau trigliserid meningkat sebagai akibat aterosklerosis.

2.7                2.7 Penatalaksanaan dan Pengobatan
1.    Terapi Non Farmakologi
a)      Angioplasty dan penempatan stent (revaskularisasi koroner perkutan).
Description: Description: C:\Users\asus X453M\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\2015-10-30-22-57-31-1044194722.jpegDalam prosedur ini, dokter Anda menyisipkan tabung panjang tipis (kateter) ke dalam bagian yang menyempit dari arteri Anda. Sebuah kawat dengan balon kempis melewati kateter ke daerah menyempit. Balon tersebut kemudian dipompa, menekan dinding arteri Anda. Sebuah tabung mesh/stent ditempatkan di arteri untuk membantu menjaga arteri terbuka. Beberapa stent perlahan melepas obat untuk membantu menjaga arteri terbuka.





         

               Gambar 3. Angioplasty
b)      Operasi bypass arteri koroner.
Seorang ahli bedah menciptakan sebuah graft untuk membypass arteri koroner yang tersumbat menggunakan pembuluh dari bagian lain dari tubuh Anda. Hal ini memungkinkan darah mengalir di sekitar arteri koroner yang tersumbat atau menyempit. Karena ini memerlukan operasi jantung terbuka, itu yang paling sering dilakukan untuk kasus beberapa arteri koroner menyempit.
Description: Description: C:\Users\asus X453M\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\2015-10-30-22-57-16-1807037619.jpeg





     Gambar 4. Operasi by-pass
c)      Perubahan diet: rendah garam, kolesterol, lemak, peningkatan diet serat rendah kalori
d)     Mengganti estrogen pd wanita post menopause
e)      Pola hidup: berhenti merokok


2.    Terapi Farmakologi
a.         Analgetik yang diberikan biasanya golongan narkotik (morfin) diberikan secara intravena dengan pengenceran dan diberikan secara pelan-pelan. Dosisnya awal 2,0 – 2,5 mg dapat diulangi jika perlu
b. Nitrat dengan efek vasodilatasi (terutama venodilatasi) akan menurunkan venous return akan menurunkan preload yang berarti menurunkan oksigen demam. Di samping itu nitrat juga mempunyai efek dilatasi pada arteri koroner sehingga akan meningkatakan suplai oksigen. Nitrat dapat diberikan dengan sediaan spray atau sublingual, kemudian dilanjutkan dengan peroral atau intravena.
c. Aspirin sebagai antitrombotik sangat penting diberikan. Dianjurkan diberikan sesegera mungkin (di ruang gawat darurat) karena terbukti menurunkan angka kematian.
d. Trombolitik terapi, prinsip pengelolaan penderita infark miokard akut adalah melakukan perbaikan aliran darah koroner secepat mungkin (Revaskularisasi / Reperfusi).Hal ini didasari oleh proses patogenesanya, dimana terjadi penyumbatan / trombosis dari arteri koroner. Revaskularisasi dapat dilakukan (pada umumnya) dengan obat-obat trombolitik seperti streptokinase, r-TPA (recombinant tissue plasminogen ativactor complex), Urokinase, ASPAC ( anisolated plasminogen streptokinase activator), atau Scu-PA (single-chain urokinase-type plasminogen activator).Pemberian trombolitik terapi sangat bermanfaat jika diberikan pada jam pertama dari serangan infark. Dan terapi ini masih masih bermanfaat jika diberikan 12 jam dari onset serangan infark.
e.         Betablocker diberikan untuk mengurangi kontraktilitas jantung sehingga akan menurunkan kebutuhan oksigen miokard. Di samping itu betaclocker juga mempunyai efek anti aritmia.















BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PENYAKIT JANTUNG KORONER
3.1  Pengkajian
1.    Data subyektif :
a.    Lokasi nyeri (menyebar kebagian yang mana)
b.    Dada terasa berat, kencang, seperti diperas.
c.    Awitan dan lamanya nyeri.
d.   Faktor-faktor pencetus nyeri : kegiatan, panas, dingin, stress, makanan (banyak lemak).
e.    Faktor-faktor yang dapat mengurangi nyeri : istirahat, nitro-gliserin
2.      Data obyektif :
Apabila nyeri angina sedang dialami pasien, maka fokus perawat adalah tingkah laku pasien seperti, cemas, ketakutan dan memegang dada, disamping itu, perawat juga perlu melihat melihat tanda-tanda vital dan perubahan irama jantung.
1). Aktivitas dan istirahat
Kelemahan, kelelahan, ketidakmampuan untuk tidur (mungkin di dapatkan Tachycardia dan dispnea pada saat beristirahat atau pada saat beraktivitas).
2). Sirkulasi
Mempunyai riwayat IMA, Penyakit jantung koroner, CHF, Tekanan darah tinggi, diabetes melitus. Tekanan darah mungkin normal atau meningkat, nadi mungkin normal atau terlambatnya capilary refill time, disritmia. Suara jantung, suara jantung tambahan S3 atau S4 mungkin mencerminkan terjadinya kegagalan jantung/ ventrikel kehilangan kontraktilitasnya. Murmur jika ada merupakan akibat dari insufisensi katub atau muskulus papilaris yang tidak berfungsi. Heart rate mungkin meningkat atau menglami penurunan (tachy atau bradi cardia). Irama jnatung mungkin ireguler atau juga normal. Edema: Jugular vena distension, odema anasarka, crackles mungkin juga timbul dengan gagal jantung. Warna kulit mungkin pucat baik di bibir dan di kuku.
3). Eliminasi
                   Bising usus mungkin meningkat atau juga normal.
4). Nutrisi
     Mual, kehilangan nafsu makan, penurunan turgor kulit, berkeringat banyak, muntah dan perubahan berat badan.
5). Neurosensori
        Nyeri kepala yang hebat, Changes mentation.
Timbulnya nyeri dada yang tiba-tiba yang tidak hilang dengan beristirahat atau dengan nitrogliserin. Lokasi nyeri dada bagian depan substerbnal yang mungkin menyebar sampai ke lengan, rahang dan wajah. Karakteristik nyeri dapat di katakan sebagai rasa nyeri yang sangat yang pernah di alami. Sebagai akibat nyeri tersebut mungkin di dapatkan wajah yang menyeringai, perubahan pustur tubuh, menangis, penurunan kontak mata, perubahan irama jantung, ECG, tekanan darah, respirasi dan warna kulit serta tingkat kesadaran.
6). Respirasi
Dispnea dengan atau tanpa aktivitas, batuk produktif, riwayat perokok dengan penyakit pernafasan kronis. Pada pemeriksaan mungkin di dapatkan peningkatan respirasi, pucat atau cyanosis, suara nafas crakcles atau wheezes atau juga vesikuler. Sputum jernih atau juga merah muda/ pink tinged.
7). Psikososial
                    Stress, kesulitan dalam beradaptasi dengan stresor, emosi yang tak terkontrol.
8). Riwayat Keluarga
                   Riwayat di dalam keluarga ada yang menderita penyakit jantung, diabetes, stroke,             hipertensi, perokok.
  9). Pemeriksaan penunjang
a)         ECG menunjukan: adanya S-T elevasi yang merupakan tanda dri iskemi, gelombang T inversi atau hilang yang merupakan tanda dari injuri, dan gelombang Q yang mencerminkan adanya nekrosis. Enzym dan isoenzym pada jantung: CPK-MB meningkat dalam 4-12 jam, dan mencapai puncak pada 24 jam. Peningkatan SGOT dalam 6-12 jam dan mencapai puncak pada 36 jam.
b)        Elektrolit : Ketidakseimbangan yang memungkinkan terjadinya penurunan konduksi jantung dan kontraktilitas jantung seperti hipo atau hiperkalemia.
c).  Whole blood cell
1)   Leukositosis mungkin timbul pada keesokan hari setelah serangan.
2)   Analisa gas darah : Menunjukan terjadinya hipoksia atau proses penyakit paru yang kronis ata akut.
3)   Kolesterol atau trigliserid : Mungkin mengalami peningkatan yang mengakibatkan terjadinya arteriosklerosis.
d). Chest X ray :Mungkin normal atau adanya cardiomegali, CHF, atau aneurisma ventrikiler.
1)   Echocardiogram
    Mungkin harus di lakukan guna menggambarkan fungsi atau kapasitas masing-masing ruang pada jantung.
2)   Exercise stress test
    Menunjukan kemampuan jantung beradaptasi terhadap suatu stress/   aktivitas.
3.2      Asuhan Keperawatan pada PJK
No
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
1
Penurunan curah jantung b/d respon fisiologis otot jantung, peningkatan frekuensi, dilatasi, hipertrofi atau peningkatan isi sekuncup
NOC :
·    Cardiac Pump effectiveness
·     Circulation Status
·     Vital Sign Status
Kriteria Hasil:
v  Tanda Vital dalam rentang normal (Tekanan darah, Nadi, respirasi)
v   Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan
v   Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites
v  Tidak ada penurunan kesadaran
NIC :
Cardiac Care
v   Evaluasi adanya nyeri dada      (intensitas,lokasi, durasi)
v  Catat adanya disritmia jantung
v  Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac putput
v   Monitor status kardiovaskuler
v  Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung
v Monitor abdomen sebagai indicator penurunan perfusi
v  Monitor balance cairan
v  Monitor adanya perubahan tekanan darah
v  Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan antiaritmia
v  Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan
v  Monitor toleransi aktivitas pasien
v Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan ortopneu
v  Anjurkan untuk menurunkan stress

Vital Sign Monitoring
v  Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
v  Catat adanya fluktuasi tekanan darah
v Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
v Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
v Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas
v  Monitor kualitas dari nadi
v  Monitor adanya pulsus paradoksus
v  Monitor adanya pulsus alterans
v  Monitor jumlah dan irama jantung
v  Monitor bunyi jantung
v Monitor frekuensi dan irama pernapasan
v  Monitor suara paru
v  Monitor pola pernapasan abnormal
v  Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
v  Monitor sianosis perifer
v  Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
v  Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
2
Perfusi jaringan tidak efektif b/d menurunnya curah jantung, hipoksemia jaringan, asidosis dan kemungkinan thrombus atau emboli

Definisi :
Penurunan pemberian oksigen dalam kegagalan memberi makan jaringan pada tingkat kapiler
NOC :
§  Circulation status
§  Tissue Prefusion : cerebral
Kriteria Hasil :
v  mendemonstrasikan status sirkulasi yang ditandai dengan :
§  Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan
§  Tidak ada ortostatik hipertensi
§  Tidak ada tanda tanda peningkatan tekanan intrakranial (tidak lebih dari 15 mmHg)
v  mendemonstrasikan kemampuan kognitif yang ditandai dengan:
§  berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan
§  menunjukkan perhatian, konsentrasi dan orientasi
§  memproses informasi
§  membuat keputusan dengan benar
v  menunjukkan fungsi sensori motori cranial yang utuh : tingkat kesadaran mambaik, tidak ada gerakan gerakan involunter
NIC :
Peripheral Sensation Management (Manajemen sensasi perifer)
v  Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas/dingin/tajam/tumpul
v  Monitor adanya paretese
v  Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada lsi atau laserasi
v  Gunakan sarun tangan untuk proteksi
v  Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung
v  Monitor kemampuan BAB
v  Kolaborasi pemberian analgetik
v  Monitor adanya tromboplebitis
v  Diskusikan menganai penyebab perubahan sensasi
3
Gangguan pertukaran gas b/d kongesti paru, hipertensi pulmonal, penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan penurunan curah jantung.

Definisi : Kelebihan atau kekurangan dalam oksigenasi dan atau pengeluaran karbondioksida di dalam membran kapiler alveoli
NOC :
§  Respiratory Status : Gas exchange
§  Respiratory Status : ventilation
§  Vital Sign Status
Kriteria Hasil :
v Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat
v Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda tanda distress pernafasan
v Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
v Tanda tanda vital dalam rentang normal
NIC :
Airway Management
v  Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
v  Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
v  Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
v  Pasang mayo bila perlu
v  Lakukan fisioterapi dada jika perlu
v  Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
v  Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
v  Lakukan suction pada mayo
v  Berika bronkodilator bial perlu
v  Barikan pelembab udara
v  Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
v  Monitor respirasi dan status O2

Respiratory Monitoring
v  Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi
v  Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostal
v  Monitor suara nafas, seperti dengkur
v  Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot
v  Catat lokasi trakea
v  Monitor kelelahan otot diagfragma ( gerakan paradoksis )
v  Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya ventilasi dan suara tambahan
v  Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi crakles dan ronkhi pada jalan napas utama
v  Uskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui hasilnya

AcidBase Managemen
v  Monitro IV line
v  Pertahankanjalan nafas paten
v  Monitor AGD, tingkat elektrolit
v  Monitor status hemodinamik(CVP, MAP, PAP)
v  Monitor adanya tanda tanda gagal nafas
v  Monitor pola respirasi
v  Lakukan terapi oksigen
v  Monitor status neurologi
v  Tingkatkan oral hygiene
4
Kelebihan volume cairan b/d berkurangnya curah jantung, retensi cairan dan natrium oleh ginjal, hipoperfusi ke jaringan perifer dan hipertensi pulmonal

Definisi : Retensi cairan isotomik meningkat
NOC :
§  Electrolit and acid base balance
§  Fluid balance

Kriteria Hasil:
v  Terbebas dari edema, efusi, anaskara
v  Bunyi nafas bersih, tidak ada dyspneu/ortopneu
v  Terbebas dari distensi vena jugularis, reflek hepatojugular (+)
v  Memelihara tekanan vena sentral, tekanan kapiler paru, output jantung dan vital sign dalam batas normal
v  Terbebas dari kelelahan, kecemasan atau kebingungan
v  Menjelaskanindikator kelebihan cairan
NIC :
Fluid management
v  Timbang popok/pembalut jika diperlukan
v  Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
v  Pasang urin kateter jika diperlukan
v  Monitor hasil lAb yang sesuai dengan retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin  )
v  Monitor status hemodinamik termasuk CVP, MAP, PAP, dan PCWP
v  Monitor vital sign
v  Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan (cracles, CVP , edema, distensi vena leher, asites)
v  Kaji lokasi dan luas edema
v  Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian
v  Monitor status nutrisi
v  Berikan diuretik sesuai interuksi
v  Batasi masukan cairan pada keadaan hiponatrermi dilusi dengan serum Na < 130 mEq/l
v  Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk

Fluid Monitoring
v  Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan eliminaSi
v  Tentukan kemungkinan faktor resiko dari ketidak seimbangan cairan (Hipertermia, terapi diuretik, kelainan renal, gagal jantung, diaporesis, disfungsi hati, dll )
v  Monitor berat badan
v  Monitor serum dan elektrolit urine
v  Monitor serum dan osmilalitas urine
v  Monitor BP, HR, dan RR
v  Monitor tekanan darah orthostatik dan perubahan irama jantung
v  Monitor parameter hemodinamik infasif
v  Catat secara akutar intake dan output
v  Monitor adanya distensi leher, rinchi, eodem perifer dan penambahan BB
v  Monitor tanda dan gejala dari odema
5
Cemas b/d penyakit kritis, takut kematian atau kecacatan, perubahan peran dalam lingkungan social atau ketidakmampuan yang permanen.

Definisi :
Perasaan gelisah yang tak jelas dari ketidaknyamanan atau ketakutan yang disertai respon autonom (sumner tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); perasaan keprihatinan disebabkan dari antisipasi terhadap bahaya. Sinyal ini merupakan peringatan adanya ancaman yang akan datang dan memungkinkan individu untuk mengambil langkah untuk menyetujui terhadap tindakan
NOC :
§  Anxiety control
§  Coping
§  Impulse control
Kriteria Hasil :
v  Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
v  Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas
v  Vital sign dalam batas normal
v  Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan
NIC :
Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
v  Gunakan pendekatan yang menenangkan
v  Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
v  Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
v  Pahami prespektif pasien terhdap situasi stres
v  Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
v  Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis
v  Dorong keluarga untuk menemani anak
v  Lakukan back / neck rub
v  Dengarkan dengan penuh perhatian
v  Identifikasi tingkat kecemasan
v  Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
v  Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
v  Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
v  Barikan obat untuk mengurangi kecemasan
6
Intoleransi aktivitas b/d curah jantung yang rendah, ketidakmampuan memenuhi metabolisme otot rangka, kongesti pulmonal yang menimbulkan hipoksinia, dyspneu dan status nutrisi yang buruk selama sakit

Definisi : Ketidakcukupan energu secara fisiologis maupun psikologis untuk meneruskan atau menyelesaikan aktifitas yang diminta atau aktifitas sehari hari.
NOC :
§  Energy conservation
§  Self Care : ADLs
Kriteria Hasil :
v  Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR
v  Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri
NIC :
Energy Management
v  Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
v  Dorong anal untuk mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan
v  Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan
v  Monitor nutrisi  dan sumber energi tangadekuat
v  Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan
v  Monitor respon kardivaskuler  terhadap aktivitas
v  Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien

Activity Therapy
v  Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalammerencanakan progran terapi yang tepat.
v  Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
v  Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yangsesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan social
v  Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
v  Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek
v  Bantu untu mengidentifikasi aktivitas yang disukai
v  Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
v  Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas
v  Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
v  Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan
v  Monitor respon fisik, emoi, social dan spiritual
7
Kurang pengetahuan b/d keterbatasan pengetahuan penyakitnya, tindakan yang dilakukan, obat obatan yang diberikan, komplikasi yang mungkin muncul dan perubahan gaya hidup

Definisi :
Tidak adanya atau kurangnya informasi kognitif sehubungan dengan topic spesifik.

Batasan karakteristik : memverbalisasikan adanya masalah, ketidakakuratan mengikuti instruksi, perilaku tidak sesuai.

Faktor yang berhubungan : keterbatasan kognitif, interpretasi terhadap informasi yang salah, kurangnya keinginan untuk mencari informasi, tidak mengetahui sumber-sumber informasi.
NOC :
§  Kowlwdge : disease process
§  Kowledge : health Behavior
Kriteria Hasil :
v  Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan
v  Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
v  Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya.
NIC :
Teaching : disease Process
v  Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik
v  Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
v  Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat
v  Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
v  Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang tepat
v  Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat
v  Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat
v  Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit
v  Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
v  Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan
v  Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat
v  Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal, dengan cara yang tepat










BAB IV
PENUTUP
PENYAKIT JANTUNG KORONER

4.1            Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan antara lain:
1. Penyakit Jantung Koroner (pjk) adalah keadaaan dimana terjadi ketidak seimbangan antara kebutuhan otot jantung atas oksigen dengan penyediaan yang di berikan oleh pembuluh darah koroner. Ketidakmampuan pembuluh darah koroner untuk menyediakan kebutuhan oksigen biasanya diakibatkan oleh penyumbatan athroma (plak) pada dinding bagian dalam pembuluh darah koroner
 2. Angina pektoris adalah suatu sindroma kronis dimana klien mendapat serangan sakit dada yang khas yaitu seperti ditekan, atau terasa berat di dada yang seringkali menjalar ke lengan sebelah kiri yang timbul pada waktu aktifitas dan segera hilang bila aktifitas berhenti.
3. Infark miokard akut terjadi ketika iskemia miokard,yang biasanya timbul sebagai akibat penyakit aterosklerosis arteri koroner, cukup untuk menghasilkan nekrosis inversibel otot jantung.
4. Penyebab PJK adalah merokok, hipertensi, diabetes mellitus,kolesterol tinggi dan factor keturunan.
5. Penyebab angina adalah arteriosklerosis, spasme arteri koroner, anemia berat, arthritis dan aorta insufisieansi.
6. Penyabab AMI adalah merokok, obesitas, stress, lemak tinggi, keturunan dan usia.
4.2 Saran
1. Bagi mahasiswa
a.Persiapan diri sebaik mungkin sebelum melaksanakan tindakan asuhan  keperawatan pada klien PJK, Angina dan AMI.
b. Hendaklah jangan segan untuk bertanya kepada dosen instruktur atau membaca  buku tentang hal-hal yang belum jelas tentang penyakit PJK, Angina dan AMI.
c. Selalu semangat ketika berdiskusi dan selalu bekerjasama ketika dalam belajar  kelompok.
d.Bagi mahasiswa di harapkan bisa melaksanakan tindakan asuhan keperawatan sesuai dengan prosedur yang ada.

2. Bagi kampus/Dosen pembimbing
a. Mohon bimbingannya supaya kami lebih memahami tentang konsep Penyakit Jantung Koroner.
b. Kami harapkan tidak bosan untuk memperhatikan dan mendengarkan konsultasi dari mahasiswa.




























Pembahasan menurut Jurnal Penelitian yang berhubungan dengan Penyakit Jantung Koroner :
Menurut Jurnal dengan Judul “ PENGARUH DIET MAKROBIOTIK TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL DARAH PADA PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER “
Di Indonesia PJK menempati posisi pertama sebagai penyakit yang paling banyak menimbulkan kematian. Banyaknya faktor yang mempengaruhi terjadinya PJK sehingga usaha pencegahannya bentuknya multifaktorial. Pencegahan harus diusahakan sedapat mungkin dengan cara pengendalian faktor-faktor resiko PJK dan merupakan hal yang cukup penting dalam usaha pencegahan baik primer maupun sekunder. Pencegahan primer ditujukan pada mereka yang sehat tetapi mempunyai resiko tinggi, sedangkan sekunder merupakan upayamencegah memburuknya penyakit yang secara klinis diderita ( Sadewantoro, 2006). Penyebab yang mendasar salah satunya adalah kecenderungan pola makan yang kurang sehat pada masyarakat. Kesalahan pola makan itu tidak lain karena ketidakkeseimbangan komposisi makanan yang dikomsumsi. Fast food ( makanan siap saji) yang makin menjamur di perkotaanyang mengandung protein, lemak, karbohidrat yang tinggi dan sebaliknya kandungan serat, vitamin, dan mineral rendah. Hal ini dapat menjadi pencetus dari berkembangnya penyakit degeneratif, seperti  PJK, hipertensi, diabetes dan penyakit pembuluh darah lainya. Gaya hidup di perkotaan yang sering dilanda stres dapat memacu kerja jantung dan meningkatkan tekanan darah tinggi serta kebiasaan merokok. Penyakit menahun dan degeneratif yang banyak kita kenal, sebetulnya dapat kita cegah dengan jalan mengubah cara hidup manusia itu sendiri. Caranya denagn memperbaiki pola makan, yaitu makanan yang bervariasi dan bergizi seimbang adalah makanan yang sehat untuk dikomsumsi. Nutrisi merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh yang tidak hanya mendukung aktifitas vital tubuh manusia tapi juga dapat mempengaruhi patologi atau efek pencegahan atau terapi suatu penyakit, contoh pada PJK. Diet merupakan kunci pencegahan PJK, sebab dengan menerapkan diet yang baik, penderita dapat mengendalikan kemungkinan tingginya kadar kolesterol dan garam yang sangat berhungan dengan penyakit ini. Selain itu, penderita dapat mengatur berapa jumlah serat, gula ,protein, mineral ratio antar lemak jenuh dan tidak jenuh yang harus dicukupi setiap hari. Salah satu cara yang sudah dikembangkan para filsuf, cendikiawan dan dokter sepanjang sejarah adalah pendekatan makrobiotik. Pendekatan makrobiotik ini menekankan pada pentingnya pola makan dan gaya serta kebiasaan hidup yang benar. Dengan menggunakan prinsip-prinsip makrobiotik untuk menghadapi dan menyesuaikan pola makan, lingkungan dan pengaruh-pengaruh gaya hidup ,ribuan orang telah berhasil disembuhkan dari berbagai penyakit termasuk penyakit jantung. Selain hal tersebut, pendekatan makrobiotik pun dalam program penyembuhan dapat dijalankan secara bersamaan dengan pengobatan konvensional (medis)(Hadibroto, 2006).
Diet makrobiotik bermanfaat dalam menurunkan tekanan darah dan mengurangi resiko terkena penyakit jantung dan beberapa kanker tertentu yang dimunculkan karena asupan lemak berlebihan ( Cassileth, 1998 ).




































       DAFTAR PUSTAKA

Anonym, Cara Kerja Jantung, tersedia di www.wikipedia.org, http://id.wikipedia.org/wiki/Jantung#Cara_Kerja_Jantung, (diakses 23 Maret 2012)

Corwin Elizabeth J. Buku saku pathofisiologi. Edisis 3, alih bahasa Nike Budi Subekti, Egi Komara Yuda, Jakarta: EGC, 2009. Docterman dan Bullechek. Nursing Invention

Classifications (NIC), Edition 4, United States Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press, 2004. Elizabeth G. Nabel, M.D., and Eugene Braunwald, M.D, A Tale of Coronary Artery Disease and Myocardial Infarction, tersedia di The New England Journal of Medicine www.google.co.id,

http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMra1112570, (diakses 23 Maret 2012)

Guyton, Arthur C, Fisiologi Manusia dan Mekanisme Panyakit, Edisi 3, Jakarta: EGC, 1997. Maas, Morhead, Jhonson dan Swanson.

Nursing Out Comes (NOC), United States Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press, 2004. Taufik, Maulana, penyakit Jantung Koroner, tersedia di www.scribd.com, http://www.scribd.com/doc/3161769/JANTUNG-KORONER, (diakses 23 Maret 2012)

Nanda International. Diagnosis Keperawatan: Defenisi dan klassifikasi, Jakarata: EGC, 2009. Make Google view image button visible again: https://goo.gl/DYGbub

Make Google view image button visible again:
https://goo.gl/DYGbub

Dr. Anna Ulfah Rahajoe ,SpJP(K),FIHA/  Dr.Sunarya Soerianata ,SpJP (K),FIHA,FASCC  ,Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia
 ( PP PERKI – 2014 )








Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH PERAWATAN DAN SOP TRAKEOSTOMI