MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT JANTUNG KORONER
MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT JANTUNG
KORONER
DISUSUN
OLEH :
FITRI
LESTARI ( 170511011 )
STIKES
PEMKAB JOMBANG
TAHUN
AKADEMIK 2018
KATA PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah yang berjudul “PENYAKIT JANTUNG
KORONER” ini dapat terselesaikan. Pembahasan ini bertujuan untuk mengetahui
pengertian, faktor-faktor risiko, cara mengatasi dan cara mencegah penyakit
jantung koroner.
Penyakit
Jantung Koroner (PJK) merupakan permasalahan kesehatan utama yang dihadapi di
berbagai negara di dunia. Banyaknya faktor yang mempengaruhi, menyebabkan
diagnosis dan terapi penyakit tersebut terus berkembang. Meskipun penyakit
jantung koroner merupakan penyakit yang sulit untuk diobati, namun para ilmuwan
telah berusaha mengembangkan penelitian untuk pengobatan penyakit jantung
koroner. Dengan selalu menerapkan prinsip hidup sehat maka masyarakat dapat
terhindar dari kematian yang diakibatkan oleh penyakit jantung koroner.
Tidak
lupa penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu
Supriliyah Praningsih S.Kep, Ns. selaku dosen mata kuliah Kardiovaskuler yang
telah membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
2. Orang
tua penulis yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil.
3. Teman-teman
sekelas yang telah menyumbangkan banyak ide terhadap makalah ini.
4. Dan
pihak-pihak lain yang telah membantu.
Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna, baik dari
segi penyusunan, bahasan ataupun penulisannya. Mungkin dalam makalah ini
terdapat banyak kata yang kurang tepat, untuk itu penulis mohon maaf. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun guna menjadi acuan dalam bekal
pengalaman bagi penulis untuk lebih baik di masa yang akan datang.
Semoga
makalah ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Madiun, 28 Mei 2018
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................................... ii
DAFTAR
ISI.................................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................... iv
DAFTAR
TABEL.......................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
1.1. Latar
Belakang.........................................................,,............................................. 1
1.2. Rumusan
Masalah...................................................,.............................................. 1
1.3. Tujuan
Pembahasan............................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
............................................................................................ 3
2.1. Pengertian Penyakit Jantung
Koroner..................................................................... 3
2.1.1. Pengertian
Jantung....................................................................................... 3
2.1.2. Penyakit
Jantung
Koroner............................................................................. 5
2.2. Etiologi
Penyakit Jantung Koroner
..................................................................... 6
2.2.1. Faktor
– Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner....................................... 7
2.2.1.1 Faktor
Risiko
Alami....................................................................................
7
2.2.1.2 Faktor
Risiko Utama....................................................................................8
2.2.1.3 Faktor
Risiko Tidak Langsung
................................................................... 8
2.3. Patofisiologi............................................................................................................9
2.4. Manifestasi Klinis.................................................................................................. 10
2.5. Cara
Mecegah Penyakit Jantung
Koroner............................................................. 11
2.6. Pemeriksaan
Penyakit Jantung Koroner.................................................................
12
2.7. Penatalaksanaan
dan
Pengobatan........................................................................... 20
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT JANTUNG KORONER..............30
3.1. Pengkajian............................................................................................................... 31
3.2. Asuhan Keperawatan Pada Penyakit Jantung
Koroner Nanda Nic Noc................33
BAB IV PENUTUP.......................................................................................................37
4.1.
Kesimpulan...............................................................................................................37
4.2. Saran.........................................................................................................................37
4.3. Jurnal penelitian Penyakit
Jantung Koroner............................................................ 38
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 39
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Anatomi Jantung
......................................................................................... 3
Gambar 2. Aterosklerosis....
......................................................................................... 5
Gambar 3. Iskemik........................................................................................................ 6
Gambar 4. Angioplasty................................................................................................ 14
Gambar 5. Operasi by-pass
......................................................................................... 14
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kolesterol total
......................................................................................... 8
Tabel 2. LDL Kolesterol
......................................................................................... 9
Tabel 3. HDL Kolesterol
......................................................................................... 9
Tabel 4. Kadar Trigeserid
......................................................................................... 10
Tabel 5. Kriteria Tekanan Darah Dewasa
.................................................................. 10
BAB I
PENDAHULUAN
PENYAKIT
JANTUNG KORONER
1.1
Latar
Belakang
Penyakit Jantung
Koroner merupakan sosok penyakit yang sangat menakutkan dan masih menjadi
masalah baik di negara maju maupun negara berkembang. Meskipun tindakan
pencegahan sudah dilakukan seperti pengaturan makanan (diet), menurunkan
kolesterol ,diabetes dan hipertensi , PJK ini tetap menjadi masalah utama
kesehatan. Masalah utama pada penyakit jantung koroner adalah aterosklerosis
koroner. Merupakan penyakit progresif yang terjadi secara bertahap yaitu
penebalan dinding arteri koroner. Aterosklerosis koroner dianggap sebagai proses
pasif karena sebagian besar dihasilkan oleh kolesterol yang berada pada dinding
arteri ( Yuet Wai Kan, 2000).
Data World
Health Organization (WHO) tahun 2012 menunjukan 17,5 juta orang didunia
meninggal akibat penyakit kardiovaskuler atau 31% dari 56,5 juta kematian di
seluruh dunia. Lebih dari ¾ kematian akibat penyakit kardiovaskuler terjadi
dinegara berkembang. Data Riskesdes tahun 2013 menunjukan, prevalensi tertinggi
untuk penyakit Kardiovaskuler di Indonesia adalah PJK, yakni sebesar 1,5%. Dari
prevalensi tersebut,angka tertinggi ada Provinsi Nusa Tenggara Timur (4,4%) dan
terendah diProvinsi Riau (0,3%), kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Tidak Menular, Kemenkes RI, dr Lily Ssulistyowati, MM usai konferensi
pers terkait peluncuran obat jantung baru di Jakarta, Sabtu (29/7).
Penyebab
kematian di Indonesia sekarang bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit
kardiovaskular (antara lain PJK) dan degeneratif. Manifestasi klinik PJK yang
klasik adalah angina pektoris. Angina pektoris ialah suatu sindroma klinis di
mana didapatkan sakit dada yang timbul pada waktu melakukan aktivitas karena
adanya iskemik miokard. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi > 70%
penyempitan arteri koronaria. Angina pektoris dapat muncul sebagai angina pektoris
stabil (APS, stable angina), dan keadaan ini bisa berkembang menjadi lebih
berat dan menimbulkan Sindroma Koroner Akut (SKA) atau yang dikenal sebagai
serangan jantung mendadak (heart attack) dan bisa menyebabkan kematian.
Penyakit jantung-koroner (PJK) merupakan problem kesehatan utama di Negara
maju. Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya PJK. sehingga upaya pencegahan
harus bersifat multifaktorial juga.
Pencegahan
harus diusahakan sedapat mungkin dengan cara mengendalikan faktor-faktor risiko
PJK dan merupakan hal yang cukup penting pada penanganan PJK. Oleh sebab itu
mengenal faktor-faktor risiko sangat penting dalam usaha pencegahan PJK, baik
pencegahan primer maupun sekunder. Pencegahan primer lebih ditujukan pada
mereka yang sehat tetapi mempunyai risiko tinggi, sedangkan pencegahan sekunder
merupakan suatu upaya untuk mencegah memburuknya penyakit yang secara klinis
telah diderita. Oleh karena itu sebagai calon seorang perawat professional
diharapkan mampu mengerti serta melaksanakan asuhan keperawatan yang tepat pada
pasien dengan berdasarkan etiologi atau faktor-faktor yang berkaitan dengan
penyakit tersebut. Sesuai dengan konsep yang sudah ada yakni pengkajian,
diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa
definisi Penyakit Jantung Koroner, Angina Pectoris dan Akut Miocard Infark? 2.
Ada berapakah jenis-jenis Angina Pectoris?
3. Apa
etiologi dari Angina Pectoris dan Akut Miocard Infark?
4.
Bagaimanakan patofisiologi dari Angina Pectoris dan Akut Miocard Infark?
5.
Bagaimanakah manifestasi klinis dari Angina Pektoris dan Akut Miocard Infark?
6. Apa saja
pemeriksaan penunjang dari Angina Pektoris dan Akut Miocard Infark
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien yang Angina Pectoris dan Akut Miocard Infark?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien yang Angina Pectoris dan Akut Miocard Infark?
1.3 Tujuan Pembahasan
1. Untuk
menjelaskan ulasan Penyakit jantung Koroner yang menyebabkan Angina Pektoris
dan Akut Miokard Infark
2. Untuk
menjelaskan penyebab Angina Pectoris dan Akut Miocard Infark, tanda dan gejala
serta patofisiologinya dalam tubuh
3. Untuk
mengetahui tindak lanjut intervensi keperawatan pada klien yang Angina Pectoris
dan Akut Miocard Infark.
4. Untuk
mengetahui Rehabilitatif.
BAB II
TINJAUAN
TEORI
PENYAKIT
JANTUNG KORONER
2.1.
Pengertian Penyakit Jantung Koroner
2.1.1.
Pengertian Jantung
Jantung merupakan organ yang terdiri dari
otot. Letak jantung di dalam rongga dada sebelah depan (kavum mediastinum anterior),
sebelah kiri bawah pertengahan rongga dada di atas diafragma,dan pangkalnya
terdapat di belakang kiri antara kosta V dan kosta VI dua jari di bawah papilla
mammae. Pada tempat ini teraba adanya denyutan jantung yang disebut iktus
kordis. Ukuran kurang lebih sebesar genggaman tangan kanan dan beratnya
kira-kira 250-300 gram.
Gambar 1.
Anatomi Jantung
Lapisan
dan Bagian Jantung
a. Lapisan
Jantung
1)
Endokardium: lapisan yang terdapat di sebelah dalam yang terdiri dari jaringan
endotel atau selaput lendir yang melapisi permukaan rongga jantung.
2) Miokardium:
lapisan inti dari jantung yang terdiri dari otot-otot jantung, otot jantung ini
membentuk bundalan-bundalan otot yaitu :
Ø Bundalan
otot atria yang terdapat di bagian kiri atau kanan dan basis kordis yang
membentuk serambi atau aurikula kordis.
Ø Bundalan
ventrikel yang membentuk bilik jantung, dimulai dari cincin atrioventrikuler
sampai di apeks jantung.
Ø Bundalan
otot atrioventrikuler merupakan dinding pemisah antara serambi dan bilik
jantung.
3) Perikardium:
lapisan jantung sebelah luar yang merupakan selaput pembungkus, terdiri dari
dua lapisan yaitu lapisan pariental dan lapisan viseral yang bertemu di pangkal
jantung membentuk kantung jantung.
b. Bagian
Jantung
1) Atrium
kanan: menyediakan sekitar 20% volume sekuncup ventrikel kanan, melakukan
kontraksi dan mempunyai aksi sebagai jalan terusan pengisian pasif dari
ventrikel kanan.
2) Atrium
kiri: menyediakan sekitar 20% volume sekuncup ventrikel kiri, kontraksi dan
mempunyai aksi sebagai jalan terusan pengisian pasif dari ventrikel kiri.
3) Ventrikel
kanan: memompa darah yang mengandung karbondioksida ke sirkulasi pulmonar.
4) Ventrikel
kiri: memompa darah yang mengandung oksigen ke sirkulasi pulmonar.
Pada orang awam, atrium dikenal dengan serambi dan
ventrikel dikenal dengan bilik. Kedua atrium merupakan ruang dengan dinding
otot yang tipis karena rendahnya tekanan yang ditimbulkan oleh atrium.
Sebaliknya ventrikel mempunyai dinding otot yang tebal terutama ventrikel kiri
yang mempunyai lapisan tiga kali lebih tebal dari pada ventrikel kanan. Kedua
atrium dipisahkan oleh sekat antar atrium (septum inter-atriorum), sementara
kedua ventrikel dipisahkan oleh sekat antar ventrikel (septum
inter-ventrikulorum). Atrium dan ventrikel pada masing-masing sisi jantung berhubungan
satu sama lain melalui suatu penghubung yang disebut orifisium
atrioventrikuler. Orifisium ini dapat terbuka atau tertutup oleh suatu katup
atrioventrikuler (katup AV). Katup AV sebelah kiri disebut katup bikuspid
(katup mitral) sedangkan katup AV sebelah kanan disebut katup trikuspid.
Di antara atrium kanan dan ventrikel kanan ada katup
yang memisahkan keduanya yaitu katup trikuspid, sedangkan pada atrium kiri dan
ventrikel kiri juga mempunyai katup yang disebut katup mitral (katup bikuspid).
Kedua katup ini berhungsi sebagai pembatas yang dapat terbuka dan tertutup pada
saat darah masuk dari atrium ke ventrikel.
v Fisiologi
Jantung
a. Periode
konstriksi (periode sistole)
Suatu keadaan ketika jantung bagian
ventrikel dalam keadaan menguncup. Katup bikus dan trikuspidalis dalam keadaan
tertutup valvula semilunaris aorta dan valvula semilunaris arteri pulmonalis
masuk ke paru-paru kiri dan kanan. Sedangkan darah dari ventrikel sinistra
mengalir ke aorta kemudian di edarkan ke seluruh tubuh.
b. Periode
dilatasi (periode diastole)
Suatu keadaan ketika jantung
mengembang. Katup bikus dan trikuspidalis terbuka, sehingga darah sehingga
darah masuk dari atrium ke ventrikel dekstra. Selanjutnya darah yang ada di
paru-paru kiri dan kanan melalui vena pulmonalis masuk ke atrium sinistra dan
darah dari seluruh tubuh melalui vena kava masuk ke atrium dekstra.
c. Periode
istirahat
Merupakan waktu antara periode
konstriksi dan dilatasi ketika jantung berhenti kira-kira 1/10 detik. Pada
waktu kita beristirahat jantung akan menguncup sebanyak 70-80 kali/menit. Pada
tiap-tiap konstriksi jantung akan memindahkan darah ke aorta sebanyak 60-70 cc.
2.1.2.
Pengertian Penyakit Jantung
Koroner
Penyakit
Jantung Koroner (pjk) adalah keadaaan dimana terjadi ketidak seimbangan antara
kebutuhan otot jantung atas oksigen dengan penyediaan yang di berikan oleh
pembuluh darah koroner. Ketidakmampuan pembuluh darah koroner untuk menyediakan
kebutuhan oksigen biasanya diakibatkan oleh penyumbatan athroma (plak) pada
dinding bagian dalam pembuluh darah koroner. (Abdul Majid, 2007).
Gambar 2.proses Arterosklerosis
2.2 Etiologi Penyakit Jantung Koroner
Penyakit jantung koroner
disebabkan karena pembentukan plak
arteriosklerosis. Aterosklerosis pembuluh koroner
merupakan penyebab penyakit arteri koronaria paling sering ditemukan.
Aterosklerosis menyebabkan penimbunan lipid dan jaringan fibrosa dalam arteri
koronaria, sehingga mempersempit lumen pembuluh darah. Bila lumen menyempit
maka resistensi terhadap aliran darah akan meningkat dan membahayakan aliran
darah miokardium. Bila penyakit ini semakin lanjut, maka penyempitan lumen akan
diikuti perubahan pembuluh darah yang mengurangi kemampuannya untuk melebar.
Dan kebutuhan oksigen menjadi tidak stabil sehingga akan membahayakan
miokardium yang terletak di sebelah distal dari daerah lesi. Aterosklerosis pada arteri besar dan kecil
ditandai dengan penimbunan endapan lemak, trombosit, neutrofil, monosit, dan
makrofag di seluruh kedalaman tunika intima (lapisan sel endothel) dan akhirnya
ke tunika media (lapisan otot polos).
Terhalang
atau tersumbatnya pembuluh arteri dapat disebabkan oleh pengendapan kalsium,
kolesterol lemak dan lain-lain substansi, yang dikenal sebagai plak. Dalam
periode tersebut deposit ini tertimbun secara perlahan-lahan yang akhirnya
diameter di arteri koroner yang masih dapat dilalui darah makin lama semakin
sempit, sampai pembuluh tersebut tidak dapat dilewati darah sesuai dengan
kebutuhan otot jantung. Terhalangnya aliran darah seperti di atas disebut
sebagai fixed blockage13. Plak sering timbul pada tempat-tempat dimana
terjadi turbulensi maksimum seperti pada percabangan, daerah dengan tekanan
tinggi, daerah yang pernah terkena trauma dimana terjadi deskuamasi endothel
yang menyebabkan adesi trombosit.
Iskemia (kerusakan) yang berat
dan mendadak akan menimbulkan kematian sel otot jantung yaitu disebut infark
jantung akut yang irreversibel (tidak dapat sembuh kembali). Hal ini juga dapat
menyebabkan gangguan fungsi jantung dengan manifestasinya adalah nyeri.
2.2.1.
Faktor-faktor resiko Penyakit Jantung Koroner
Faktor
risiko suatu penyakit adalah faktor-faktor yang diyakini meningkatkan risiko
timbulnya penyakit yang bersangkutan. Namun hal itu tidak bersifat absolut.
Artinya bila seseorang memiliki salah satu faktor saja atau kombinasi dari
beberapa jenis faktor risiko, tidak berarti bahwa secara otomatis ia mengidap
penyakit jantung koroner. Tetapi ia memiliki kemungkinan lebih besar terkena
penyakit daripada yang tidak memiliki faktor risiko.
2.2.1.1 Faktor Resiko Alami
a)
Genetik
Riwayat keluarga yang positif
terhadap PJK (saudara atau orang tua yang menderita penyakit ini sebelum usia
50 tahun) meningkatkan timbulnya aterosklerosis prematur. Pentingnya pengaruh
genetic dan lingkungan masih belum diketahui. Tetapi, riwayat keluarga dapat
juga mencerminkan komponen lingkungan yang kuat, seperti misalnya gaya hidup
yang menimbulkan stress atau obesitas.
b) Jenis Kelamin
Wanita lebih kebal pada penyakit
jantung koroner daripada pria. Hal ini disebabkan karena wanita memiliki hormon
estrogen yang mampu melebarkan pembuluh darah sehingga potensi terjadi penyempitan lebih kecil. Namun pada
wanita yang telah mengalami menopause, memilki risiko yang sama besar dengan
pria
c)
Usia
Risiko PJK
meningkat dengan bertambahnya usia; penyakit yang serius jarang terjadi sebelum
usia 40 tahun. Tetapi hubungan antara usia dan timbulnya penyakit mungkin hanya
mencerminkan lebih panjangnya lama paparan terhadap faktor-faktor pemicu. Pada
masa tua terjadi degeneratif fungsi jantung dan pembuluh darah.
d)
Ras
Orang
Amerika-Afrika lebih rentan terhadap PJK daripada orang kulit putih.
2.2.1.2.
Faktor Resiko Utama
a)
Kolesterol
Kolesterol merupakan salah satu kata yang sering
diucapkan oleh masyarakat umum terutama bila menyangkut masalah kesehatan,
biasanya dengan konotasi negative. Sesungguhnya kolesterol tidaklah selalu
jelek. Dari segi ilmu kimia, kolesterol merupakan senyawa lemak yang
kompleks yang dihasilkan oleh tubuh untuk bermacam-macam fungsi kolesterol maka
tubuh membuatnya sendiri di dalam hati (liver).
Kolesterol yang berada dalam zat makanan yang kita
makan meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Sejauh pemasukan ini masih
seimbang dengan kebutuhan, tubuh kita akan tetap sehat. Tetapi sangat
disayangkan kebanyakan dari kita memasukkan kolesterol lebih dari apa yang
diperlukan, yaitu dengan makan makanan yang mengandung lemak yang kaya akan
koelsterol dalam jumlah yang berlebihan. Hal ini dapat dimengerti karena
hidangan yang lezat umumnya mengandung banyak lemak. Hasilnya mudah diterka,
yaitu kadar kolesterol darah meningkat sampai di atas angka normal yang
diinginkan.
Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan
mengendap di dalam pembuluh darah arteri, yang menyebabkan penyempitan dan
pengerasan yang dikenal sebagaiatherosclerosis. Seperti telah disebutkan
di muka, bila penyempitan dan pengerasan ini cukup berat, sehingga menyebabkan
suplai darah ke otot jantung tidak cukup jumlahnya, maka timbul sakit atau
nyeri dada yang disebut angina, bahkan dapat menjurus ke serangan
jantung. Di sinilah kolesterol tersebut berperan negative terhadap kesehatan.
Karena alasan tersebut di atas, maka kadar kolesterol yang abnormal menjadi
factor risiko utama PJK.
Ø Parameter
kolesterol terdiri dari:
1. Kolesterol
total
Kadar kolesterol total darah yang sebaiknya adalah (200mg/dl,
bila) 200 mg/dl berarti risiko untuk
terjadinya PJK meningkat.
Kolesterol
|
||
Normal
|
Agak tinggi (Pertengahan)
|
Tinggi
|
<200 mg/dl
|
200 – 239 mg/dl
|
>240 mg/dl
|
Tabel 1. Kolesterol
Total
2. LDL kolesterol
LDL (Low Density
Lipoprotein) kolesterol biasa disebut kolesterol jahat karena apabila kadar LDL kolesterol meninggi
akan menyebabkan penebalan dinding pembuluh darah dan pengendapan kolesterol di
arteri. Kadar LDL kolesterol lebih tepat sebagai petunjuk untuk mengetahui
risiko PJK daripada kadar kolesterol total saja. Kadar LDL kolesterol > 130
mg/dl akan meningkatkan risiko terjadinya PJK. Kadar LDL kolesterol yang tinggi
ini dapat diturunkan dengan diet.
Kadar Kolesterol
|
||
Normal
|
Agak tinggi (Pertengahan)
|
Tinggi
|
<130 mg/dl
|
130 – 159 mg/dl
|
>160 mg/dl
|
Tabel 2. LDL Kolesterol
3. HDL kolesterol
HDL
(High Density Lipoprotein) kolesterol sering disebut kolersterol baik karena
mengangkut kelebihan kolesterol jahat dari pembuluh darah kembali ke hati untuk
dibuang sehingga mencegah penebalan dinding pembuluh darah atau mencegah
terjadinya proses aterosklerosis. Jadi makin rendah kadar HDL kolesterol, makin
besar kemungkinan terjadinya PJK. Kadar HDL kolesterol dapat dinaikkan dengan
mengurangi berat badan, menambah exercise dan berhenti merokok.
Kadar
Kolesterol
|
||
Normal
|
Agak tinggi (Pertengahan)
|
Tinggi
|
> 45 mg/dl
|
35 - 45 mg/dl
|
>35 mg/dl
|
Tabel 3. HDL
Kolesterol
4. Kadar trigliserid
Trigliserid
merupakan lemak di dalam tubuh yang terdiri dari 3 jenis lemak yaitu lemak
jenuh, lemak tidak jenuh tunggal dan lemak tidak jenuh ganda. Kadar trigliserid
yang tinggi merupakan faktor risiko untuk terjadinya PJK. Kadar trigliserid
perlu diperiksa pada keadaan sebagai berikut yaitu bila kadar kolesterol total
> 200 mg/dl, ada PJK, ada keluarga yang menderita PJK <55 tahun, ada
riwayat keluarga dengan kadar trigliserid yang tinggi, ada penyakit DM &
pankreas. Pengukuran kadar trigliserid kadang-kadang diperlukan untuk
menghitung kadar LDL kolesterol, karena pemeriksaan laboratorium biasanya
langsung dapat mengukur kolesterol total, HDL kolesterol dan trigliserid.
Kadar Kolesterol
|
||
Normal
|
Agak tinggi (Pertengahan)
|
Tinggi
|
> 150 mg/dl
|
150 - 250 mg/dl
|
>500 mg/dl
|
Tabel 4. Kadar Trigliserid
b) Hipertensi
Peningkatan
tekanan darah merupakan beban yang berat untuk jantung, sehingga menyebabkan
hipertropi ventrikel kiri atau pembesaran ventrikel kiri (faktormiokard). Serta
tekanan darah yang tinggi menimbulkan trauma langsung terhadap dinding pembuluh
darah arteri koronaria, sehingga memudahkan terjadinya aterosklerosis koroner
(factor koroner).
Sistolik
|
Diastolik
|
|
< 130
|
< 85
|
Normal
|
131 -159
|
86 – 99
|
Hipertensi ringan
|
160 – 179
|
100 – 109
|
Hipertensi sedang
|
180 – 209
|
110 – 119
|
Hipertensi berat
|
> 210
|
> 120
|
Hipertensi sangat berat
|
Tabel 5. Kriteria Tekanan Darah Dewasa
c)
Merokok
Merokok dapat merangsang proses aterosklerosis karena efek langsung pada
dinding arteri, karbon monoksida menyebabkan hipoksia arteri, nikotin
menyebabkan mobilisasi katekolamin yang menimbulkan reaksitrombosit,
glikoprotein tembakau dapat menimbulkan reaksi hipersensitifitas dinding
arteri.
2.2.1.3.
Faktor Resiko Tidak Langsung
a)
Diabetes
Mellitus
Diabetes menyebabkan factor risiko
terhadap PJK yaitu bila kadar glucose darah naik terutama bila berlangsung
dalam waktu yang cukup lama, sehingga gula darah (glukoosa) tersebut dapat
menjadi pekat, dan ini mendorong terjadinya pengendapanatherosclerosis pada
arteri koroner. Pasien dengan diabetes cenderung mengalami gangguan jantung
pada usia yang masih muda. Diabetes yang tidak terkontrol dengan kadar glukosa
yang tinggi dalam darah cenderung menaikan kadar kolesterol.
b)
Obesitas
Obesitas adalah kelebihan jumlah lemak tubuh
> 19 % pada laki laki dan > 21 % pada perempuan. Obesitas juga dapat
meningkatkan kadar kolesterol dan LDL kolesterol. Risiko PJK akan jelas
meningkat bila BB mulai melebihi 20% dari BB ideal. Obesitas mendorong
timbulnya factor risiko yang lain seperti diabetes mellitus, hipertensi, yang
pada taraf selanjutnya meningkatkan risiko PJK. Obesitas dalam arti kurangnya
tenaga yang dikeluarkan sehingga zat makanan yang dimakan akan tersimpan akan
tersimpan dan tertumpuk dalam tubuh sebagai lemak
c)
Aktivitas
Fisik
Masyarakat yang tidak aktif sedikitnya 2 kali
lebih besar ditemukannya PJK daripada masyarakat yang aktif. Sedikit aktivitas
fisik dapat memperburuk faktor risiko PJK lainnya, seperti tinggi kolesterol
dalam darah dan trigliserid, hipertensi, diabetes dan prediabetes, dan
obesitas. Sangat penting sekali untuk anak-anak dan dewasa untuk melakukan
aktifitas fisik sebagai rutinitas sehari-hari. Salah satu alasan mengapa orang
Amerika tidak cukup aktif dikarenakan mereka hanya menghabiskan waktu di depan
TV dan mengerjakan pekerjaannya di depan computer. Beberapa spesialis
menyarankan anak umur 2 tahun dan yang lebih tua sebaiknya tidak menghabiskan
waktu dengan menonton TV atau memakai computer lebih dari 2 jam. Aktif secara
fisik adalah salah satu hal terpenting yang dapat menjaga kesehatan jantung.
d)
Stress
Stres
dianggap merupakan salah satu faktor risiko dari PJK meskipun belum dapat
“diukur” berapa besar pengaruh tersebut memicu timbulnya PJK. Demikian juga,
amat sulit untuk memberikan definisi stress secara cepat. Mungkin deskripsi
yang paling mendekati ialah suatu keadaan mental yang Nampak sebagai
kegelisahaan, kekhawatiran, tensi tinggi, keasyikan yang abnormal dengan suatu
dorongan atau sebab dari lingkungan yang tidak menyenangkan. Jadi seorang yang
mengalami tres dapat mengeluh karena merasa tidak sehat, sakit kepala, berdebar
(palpitasi), sakit lambung atau susah tidur, tidak bahagia, atau bahkan
depresi. Tidak semua simtom tersebut hadir bersama – sama. Stres dapat memicu
pengeluaran hormone andrenalin dan katekolamin yang tinggi
dapat berakibat mempercepat kekejangan (spam) arteri koroner, sehingga suplai
darah ke otot jantung terganggu.
e)
Diet
dan nutrisi
Diet yang
tidak sehat dapat meningkatkan risiko PJK. Misalnya, makanan yang tinggi lemak
jenuh, lemak trans dan kolesterol yang akan meningkatkan kolesterol LDL. Dengan
demikian, maka harus membatasi makanan tersebut Lemak jenuh ditemukan di
beberapa daging, produk susu, coklat, makanan yang dipanggang, dan makanan
goreng dan makanan yang diproses. Lemak trans ditemukan di beberapa makanan
yang digoreng dan diproses.
Kolesterol ditemukan pada telur, daging,
produk susu, makanan yang dipanggang, dan beberapa jenis kerang. Hal ini juga
penting untuk membatasi makanan yang tinggi natrium (garam) dan tambahan gula.
Diet tinggi garam dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi. Tambahan gula
akan memberi kalori tambahan tanpa nutrisi seperti vitamin dan mineral. Hal ini
dapat menyebabkan berat badan meningkat, yang meningkatkan risiko PJK. Tambahan
gula banyak ditemukan di makanan penutup, buah-buahan kalengan yang dikemas
dalam sirup, minuman buah, dan minuman soda non diet.
f)
Alkohol
Alkohol
dapat mengurangi risiko PJK. Namun, mengkonsumsi terlalu banyak alkohol akan
menjadi suatu risiko. Ketika diambil secara berlebihan, alkohol merugikan
jantung dan organ lainnya. Hal ini secara langsung dapat menyebabkan kerusakan
otot jantung dan detak jantung yang irreguler dari jantung. Alkohol dapat
menyebabkan obesitas, trigliserida tinggi, tekanan darah tinggi, stroke dan
kanker.41 Alkohol akan meningkatkan tekanan darah. Hal ini juga akan menambah
kalori yang dapat menyebabkan kenaikan berat badan. Ada banyak alasan untuk
tetap konsumsi alkohol dalam batas yang wajar. Pria dianjurkan untuk minum
tidak lebih dari 28 unit seminggu dan perempuan tidak lebih dari 21 unit . Unit
didefinisikan sebagai suatu jenis alkohol (misalnya, bir, wine, dll).
2.3
Patofisiologi
Penyakit Jantung
Koroner sering terjadi pada orang yang memiliki satu atau lebih faktor resiko
seperti: obesitas, merokok, hipertensi, dll. Faktor-faktor ini menyebabkan
interaksi fibrin dan patelet sehingga menimbulkan cidera endotel pembuluh darah
koroner. Interaksi tersebut menyebabkan invasi dan akumulasi lipid yang akan
membentuk plak fibrosa. Timbunan plak menimbulkan lesi komplikata yang dapat
menimbulkan tekanan pada pembuluh darah dan apabila rupture dapat terjadi
thrombus. Thrombus yang menyumbat pembuluh darah menyebabkan aliran darah
berkurang, sehingga suplai O2 yang diangkut darah kejaringan miokardium
berkurang yang berakibatpenumpukan asam laktat. Asam laktat yang meningkat
menyebabkan nyeri dan perubahan PH endokardium yang menyebabkan perubahan elektro fisiologi endokardium, yang pada akhirnya menyebabkan perubahan
sistem konduksi jantung sehingga jantung mengalami disritmia.Iskemik yang
berlangsung lebih dari 30 menit menyebabkan kerusakan otot jantung yang
ireversibel dan kematian otot jantung (infark). Miokardium yang mengalami
kerusakan otot jantung atau nekrosis tidak lagi dapat memenuhi fungsi kontraksi
dan menyebabkan keluarnya enzim dari intrasel ke pembuluh darah yang dapat
dideteksi dengan pemeriksaan laboratorium. Otot jantung yang infark mengalami
perubahan selama penyembuhan. Mula-mula otot jantung yang mengalami infark
tampak memar dan siarotik karena darah di daerah sel tersebut berhenti.
Dalam jangka waktu 2-4 jam
timbul oedem sel-sel dan terjadi respon peradangan yang disertai infiltrasi
leukosit. Infark miokardium akan menyebabkan fungsi ventrikel terganggu karena
otot kehilangan daya kontraksi. sedang otot yang iskemik disekitarnya juga
mengalami gangguan dalam daya kontraksi secara fungsional infark miokardium
akan mengakibatkan perubahan-perubahan pada daya kontraksi, gerakan dinding
abnormal, penurunan stroke volume, pengurangan ejeksi peningkatan volume akhir
sistolik dan penurunan volume akhir diastolik vertrikel. Keadaan tersebut
diatas menyebabkan kegagalan jantung dalam memompa darah (jatuh dalam
dekompensasi kordis) dan efek jantung ke belakang adalah terjadinya akumulasi
cairan yang menyebabkan terjadinya oedem paru-paru dengan manifestasi sesak
nafas. Sedangkan efek ke depan terjadinya penurunan COP sehingga suplay darah
dan oksigen sistemik tidak adekuat sehingga menyebabkan kelelahan. Bila terjadi
peningkatan kebutuhan jaringan aliran yang tadinya mencukupi menjadi berkurang.
Hal ini akan menyebabkan
hipoksia jaringan yang akan menghasilkan peningkatan hasil metabolisme misalnya
asam laktat. Akan menimbulakan manifestasi klinis nyeri dada, rasa berat, rasa
tertekan, panas, rasa tercekik, tak enak dada, capek kadang – kadang seperti
masuk angin. Manifestasi angina yang timbul setelah aktivitas fisik disebut
effort angina.
Ø Gradasi beratnya nyeri dada telah dibuat oleh Canadian Cardiovascular
Societyf sebagai berikut:
1. Angina
Pektoris stabil disebut juga angina klasik, terjadi jika arteri koroner
yang arterosklerotik tidak dapat berdilatasi untuk meningkatkan alirannya
sewaktu kebutuhan oksigen meningkat. Peningkatan kerja jantung dapat menyertai
aktivitas misalnya berolah raga atau naik tangga.
a. Awitan
secara klasik berkaitan dengan latihan atau aktifitas yang meningkatkan
kebutuhan oksigen niokard
b. Nyeri
segera hilang dengan istirahat atau penghentian aktifitas
c. Durasi nyeri 3-15 menit
2. Angina
Pektoris tidak stabil (Angina pra infark; Angina kresendo) Adalah kombinasi
angina stabil dengan angina prinzmetal, dijumpai pada individu dengan perburukan
penyakit arteri koroner. Angina ini biasanya menyertai peningkatan beban kerja
jantung. Hal ini tampaknya terjadi akibat arterosklerosis koroner, yang
ditandai oleh trombus yang tumbuh dan mudah mengalami spasme.
a. Durasi serangan dapat timbul lebih lama dari angina
pektoris stabil
b. Pencetus dapat terjadi pada keadaan istirahat atau
pada tigkat aktifitas ringan
c. Kurang responsive terhadap nitrat
d. Lebih sering ditemukan depresisegmen ST
e. Dapat
disebabkan oleh ruptur plak aterosklerosis, spasmus, trombus atau trombosit
yang beragregasi.
3. Angina
Prinzmental (Angina Varian: Istrahat) Angina yang terjadi karena spasme arteri koronaria.
Ø Berhubungan
dengan risiko tinggi terjadinya infark
a. Sakit dada atau nyeri timbul pada waktu
istirahat, seringkali pagi hari
b. Nyeri disebabkan karena spasmus pembuluh
koroneraterosklerotik
c. EKG menunjukkan elevasi segmen ST
d. Cenderung berkembang menjadi infark miokard
akut
e. Dapat menjadi aritmia Jantung adalah sebuah
pompa, dan cara kerjanya ada pada gambar di bawah. Sisi kiri dari jantung
memompa darah keseluruh tubuh; sisi kanan memompa darah ke paru-paru.
Prinsipnya sngat mudah untuk di mengerti.
Oksigen diambil oleh darah yang melewati peru-paru,
dan disebarkan kejaringan-jaringan tubuh, yang digunakan untuk membakar glukosa
untuk menghasilkan energi. Bahan sisa dari energi itu, yaitu karbondioksida,
diambil oleh pembuluh darah balik (vena), dibawa ke sisi kanan jantung, tempat
ia dipompa ke paru-paru dan ditukar dengan oksigen.
Hal pertama hal yang peru dimengerti yaitu
bahwa jantung adalah sebuah otot, miokardium (myo=otot, cardia=jantung). Ini
berbeda dari semua otot dalam tubuh dalam kemampuannya yang luar biasa untuk
pulih dengan sangat cepat dari pengerutan atau “denyut” sebelumnya. Ia
menyelesaikan siklus-siklusnya atau tindakan pemendekan dan pemanjangannya
dalam seperlima detik, kemudian membutuhkan tiga atau empat perlima detik untuk
memulihkan diri, agar ia bisa mengkerut lagi.
Pada saat istirahat yang sangat
penting itu, otot jantung mengatur kembali dirinya sehingga ia bisa memendek
atau mengkerut kembali dirinya sehingga bisa memendek atau mengkerut kembali
tanpa menjadi lelah. Ketika berdenyut ia mengguanakn oksigen yang diambil dari
dalam darah untuk mengubah glukosa yang ada dalam simpanannya menjadi energi
2.4
Manifestasi
Klinis
Semua Semua pasien PJK memiliki pengalaman dan
tanda-tanda secara fisik dan gejala PJK dari waktu ke waktu yaitu mengalami
perasaan nyeri di dada, kegelisahan atau perasaan sakit pada kaki, pinggang,
perut, tulang rusuk, rahang, sendi, tulang belakang, tenggorokan dan tulang
leher belakang, merasa lemah, lelah, dan kehilangan energi, nafas pendek, pusing,
sakit kepala, tidak mampu untuk melakukan pekerjaan dengan normal sebagai
akibat dari obesitas. Semua pasien PJK yang mendapat pengobatan atau perawatan
fisik sebelumnya sudah melakukan pengobatan mengenai asma, kegemukan, tidak
menentunya detak jantung, penyakit perdarahan jantung, paru-paru, ginjal atau
masalah pada spinal, rasa sakit pada kaki, diabetes atau arthritis. Sebagian besar dari pasien PJK
telah aktif dengan kehidupan mereka sehari-hari, tetapi serangan jantung
koroner membuatnya tidak aktif, tidur, lemah, tidak berdaya, dan tergantung
pada pengobatan-pengobatan dan keluarga maupun tetangga untuk mendapatkan dukungan.
Secara psikologi, pasien PJK mengalami ketakutan yang luar biasa, kegelisahan,
khawatir dan depresi, sementara beberapa yang lain menjalani keadaan normal
pikiran dan mendengarkan berita-berita baru dari statusnya yang positif terkena
PJK. Sebagian besar dari pasien PJK merasa bosan dengan kehidupannya,
berlebihan dan di bawah emosional, mudah marah dan bermusuhan.
2.5
Cara Mencegah Penyakit Jantung Koroner
Walaupun penyakit jantung koroner merupakan
penyakit yang mematikan namun penyakit ini dapat dicegah, Berikut beberapa tips
cara mencegah penyakit jantung koroner:
a. Berhenti
merokok sedini mungkin
b. Berolahraga
secara teratur
c. Konsumsi
makanan sehat dan gizi seimbang
d. Hindari
stress yang berlebihan
e. Hindari
pola hidup tidak sehat
f. Kurangi
konsumsi alkohol
g. Menjaga
tekanan darah
h. Kontrol
gula darah
i. Menurunkan
berat badan
2.6
Pemeriksaan Penyakit Jantung Koroner
a. Elektrokardiogram
(EKG).
Elektrokardiogram
mencatat sinyal listrik ketika mereka bergerak melalui jantung anda. EKG sering
mengungkapkan bukti dari serangan jantung sebelumnya atau dalam perkembangan.
Dalam kasus lain, Holter monitoring mungkin disarankan. Dengan EKG jenis ini ,
Anda memakai monitor portabel selama 24 jam saat anda menjalani aktivitas
normal. Kelainan tertentu mungkin menunjukkan aliran darah tidak memadai untuk
jantung anda.
b. Echocardiogram.
Ekokardiogram
menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambar jantung anda. Selama
ekokardiogram, dokter anda dapat menentukan apakah semua bagian dari dinding
jantung berkontribusi biasa dalam aktivitas memompa jantung. Bagian yang
bergerak lemah mungkin telah rusak selama serangan jantung atau menerima
terlalu sedikit oksigen. Ini mungkin menandakan penyakit arteri koroner atau
berbagai kondisi lain.
c. Tes
stres.
Jika
tanda-tanda dan gejala paling sering terjadi selama olah raga, dokter mungkin
meminta anda untuk berjalan di atas treadmill atau naik sepeda statis selama
EKG. Hal ini dikenal sebagai olah raga tes stres. Dalam kasus lain, obat untuk
merangsang jantung anda dapat digunakan sebagai pengganti olah raga. Beberapa
tes stres dilakukan dengan menggunakan ekokardiogram. Ini dikenal sebagai stres
echos. Sebagai contoh, dokter anda mungkin melakukan USG sebelum dan setelah
olah raga di atas treadmill atau sepeda. Atau dokter anda dapat menggunakan
obat untuk merangsang jantung anda selama ekokardiogram.
d. Koroner
kateterisasi.
Untuk
melihat aliran darah melalui jantung anda, dokter anda mungkin menyuntikkan
cairan khusus ke dalam pembuluh darah (intravena). Hal ini dikenal sebagai
angiogram. Cairan disuntikkan ke dalam arteri jantung melalui pipa panjang,
tipis, fleksibel (kateter) yang dilewati melalui arteri, biasanya di kaki, ke
arteri jantung. Prosedur ini dinamakan kateterisasi jantung. Pewarna menandai bintik-bintik
penyempitan dan penyumbatan pada gambar sinar-X. Jika anda memiliki penyumbatan
yang membutuhkan perawatan, balon dapat didorong melalui kateter dan ditiup
untuk meningkatkan aliran darah dalam jantung. Sebuah pipa kemudian dapat
digunakan untuk menjaga arteri melebar terbuka.
e. Teknologi
CT scan.
Computerized
tomography (CT) , seperti berkas elektron computerized tomography (EBCT) atau
CT angiogram koroner, dapat membantu dokter anda memvisualisasikan arteri anda.
EBCT, juga disebut sebagai ultrafast CT scan, dapat mendeteksi kalsium dalam
lemak yang sempit arteri koroner. Jika sejumlah besar kalsium ditemukan,
penyakit arteri koroner mungkin terjadi. CT angiogram koroner, di mana anda
menerima pewarna kontras yang disuntikkan secara intravena selama CT scan, juga
dapat menghasilkan gambar dari arteri jantung anda.
f. Magnetic
Resonance angiogram (MRA).
Prosedur
ini menggunakan teknologi MRI, sering digabungkan dengan menyuntikkan zat warna
kontras, untuk memeriksa area penyempitan atau penyumbatan - meskipun rincian
mungkin tidak sejelas yang disediakan oleh kateterisasi koroner.
.g. Laboratorium Peningkatan enzim CK-MB, CK 3-8 jam setelah sernagan puncaknya
10-30 gram dan normal kembali 2-3 hari- Peningkatan LDH setelah serangan
puncaknya 48-172 jam dan kembali normal 7-14 hari- Leukosit meningkat 10.000 –
20.000 kolesterol atau trigliserid meningkat sebagai akibat aterosklerosis.
2.7
2.7 Penatalaksanaan dan Pengobatan
1. Terapi Non Farmakologi
a) Angioplasty
dan penempatan stent (revaskularisasi koroner perkutan).
Dalam prosedur ini, dokter Anda
menyisipkan tabung panjang tipis (kateter) ke dalam bagian yang menyempit dari
arteri Anda. Sebuah kawat dengan balon kempis melewati kateter ke daerah menyempit.
Balon tersebut kemudian dipompa, menekan dinding arteri Anda. Sebuah tabung
mesh/stent ditempatkan di arteri untuk membantu menjaga arteri terbuka.
Beberapa stent perlahan melepas obat untuk membantu menjaga arteri terbuka.
Gambar
3. Angioplasty
b) Operasi
bypass arteri koroner.
Seorang ahli bedah menciptakan
sebuah graft untuk membypass arteri koroner yang tersumbat menggunakan pembuluh
dari bagian lain dari tubuh Anda. Hal ini memungkinkan darah mengalir di
sekitar arteri koroner yang tersumbat atau menyempit. Karena ini memerlukan
operasi jantung terbuka, itu yang paling sering dilakukan untuk kasus beberapa
arteri koroner menyempit.
Gambar 4. Operasi by-pass
c)
Perubahan diet: rendah garam, kolesterol, lemak,
peningkatan diet serat rendah kalori
d)
Mengganti estrogen pd wanita post menopause
e) Pola hidup:
berhenti merokok
2. Terapi
Farmakologi
a.
Analgetik yang diberikan biasanya
golongan narkotik (morfin) diberikan secara intravena dengan pengenceran dan
diberikan secara pelan-pelan. Dosisnya awal 2,0 – 2,5 mg dapat diulangi jika
perlu
b. Nitrat dengan efek vasodilatasi
(terutama venodilatasi) akan menurunkan venous return akan menurunkan
preload yang berarti menurunkan oksigen demam. Di samping itu nitrat juga
mempunyai efek dilatasi pada arteri koroner sehingga akan meningkatakan suplai
oksigen. Nitrat dapat diberikan dengan sediaan spray atau sublingual, kemudian
dilanjutkan dengan peroral atau intravena.
c.
Aspirin sebagai antitrombotik sangat penting diberikan.
Dianjurkan diberikan sesegera mungkin (di ruang gawat darurat) karena terbukti
menurunkan angka kematian.
d.
Trombolitik terapi, prinsip pengelolaan penderita infark
miokard akut adalah melakukan perbaikan aliran darah koroner secepat mungkin
(Revaskularisasi / Reperfusi).Hal ini didasari oleh proses patogenesanya,
dimana terjadi penyumbatan / trombosis dari arteri koroner. Revaskularisasi
dapat dilakukan (pada umumnya) dengan obat-obat trombolitik seperti
streptokinase, r-TPA (recombinant tissue plasminogen ativactor complex),
Urokinase, ASPAC ( anisolated plasminogen streptokinase activator), atau
Scu-PA (single-chain urokinase-type plasminogen activator).Pemberian
trombolitik terapi sangat bermanfaat jika diberikan pada jam pertama dari
serangan infark. Dan terapi ini masih masih bermanfaat jika diberikan 12 jam
dari onset serangan infark.
e.
Betablocker
diberikan untuk mengurangi kontraktilitas jantung sehingga akan menurunkan
kebutuhan oksigen miokard. Di samping itu betaclocker juga mempunyai efek anti
aritmia.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PENYAKIT JANTUNG KORONER
3.1 Pengkajian
1. Data
subyektif :
a.
Lokasi nyeri (menyebar kebagian yang mana)
b.
Dada terasa berat, kencang, seperti diperas.
c.
Awitan dan lamanya nyeri.
d.
Faktor-faktor pencetus nyeri : kegiatan, panas,
dingin, stress, makanan (banyak lemak).
e.
Faktor-faktor yang dapat mengurangi nyeri : istirahat,
nitro-gliserin
2.
Data obyektif :
Apabila
nyeri angina sedang dialami pasien, maka fokus perawat adalah tingkah laku
pasien seperti, cemas, ketakutan dan memegang dada, disamping itu, perawat juga
perlu melihat melihat tanda-tanda vital dan perubahan irama jantung.
1). Aktivitas dan istirahat
Kelemahan, kelelahan, ketidakmampuan
untuk tidur (mungkin di dapatkan Tachycardia dan dispnea pada saat beristirahat
atau pada saat beraktivitas).
2). Sirkulasi
Mempunyai riwayat IMA, Penyakit
jantung koroner, CHF, Tekanan darah tinggi, diabetes melitus. Tekanan darah
mungkin normal atau meningkat, nadi mungkin normal atau terlambatnya capilary
refill time, disritmia. Suara jantung, suara jantung tambahan S3 atau S4
mungkin mencerminkan terjadinya kegagalan jantung/ ventrikel kehilangan
kontraktilitasnya. Murmur jika ada merupakan akibat dari insufisensi katub atau
muskulus papilaris yang tidak berfungsi. Heart rate mungkin meningkat atau
menglami penurunan (tachy atau bradi cardia). Irama jnatung mungkin ireguler
atau juga normal. Edema: Jugular vena distension, odema anasarka, crackles
mungkin juga timbul dengan gagal jantung. Warna kulit mungkin pucat baik di
bibir dan di kuku.
3). Eliminasi
Bising usus mungkin
meningkat atau juga normal.
4). Nutrisi
Mual, kehilangan nafsu makan, penurunan
turgor kulit, berkeringat banyak, muntah dan perubahan berat badan.
5). Neurosensori
Nyeri
kepala yang hebat, Changes mentation.
Timbulnya nyeri dada yang tiba-tiba yang tidak hilang dengan beristirahat
atau dengan nitrogliserin. Lokasi nyeri dada bagian depan substerbnal yang
mungkin menyebar sampai ke lengan, rahang dan wajah. Karakteristik nyeri dapat
di katakan sebagai rasa nyeri yang sangat yang pernah di alami. Sebagai akibat
nyeri tersebut mungkin di dapatkan wajah yang menyeringai, perubahan pustur
tubuh, menangis, penurunan kontak mata, perubahan irama jantung, ECG, tekanan
darah, respirasi dan warna kulit serta tingkat kesadaran.
6). Respirasi
Dispnea
dengan atau tanpa aktivitas, batuk produktif, riwayat perokok dengan penyakit
pernafasan kronis. Pada pemeriksaan mungkin di dapatkan peningkatan respirasi,
pucat atau cyanosis, suara nafas crakcles atau wheezes atau juga vesikuler.
Sputum jernih atau juga merah muda/ pink tinged.
7). Psikososial
Stress, kesulitan
dalam beradaptasi dengan stresor, emosi yang tak terkontrol.
8). Riwayat Keluarga
Riwayat di dalam keluarga
ada yang menderita penyakit jantung, diabetes, stroke, hipertensi, perokok.
9).
Pemeriksaan penunjang
a)
ECG menunjukan: adanya S-T elevasi yang merupakan
tanda dri iskemi, gelombang T inversi atau hilang yang merupakan tanda dari
injuri, dan gelombang Q yang mencerminkan adanya nekrosis. Enzym dan isoenzym
pada jantung: CPK-MB meningkat dalam 4-12 jam, dan mencapai puncak pada 24 jam.
Peningkatan SGOT dalam 6-12 jam dan mencapai puncak pada 36 jam.
b)
Elektrolit : Ketidakseimbangan yang memungkinkan
terjadinya penurunan konduksi jantung dan kontraktilitas jantung seperti hipo
atau hiperkalemia.
c). Whole
blood cell
1)
Leukositosis mungkin timbul pada keesokan hari setelah
serangan.
2)
Analisa gas darah : Menunjukan terjadinya hipoksia
atau proses penyakit paru yang kronis ata akut.
3)
Kolesterol atau trigliserid : Mungkin mengalami
peningkatan yang mengakibatkan terjadinya arteriosklerosis.
d). Chest X ray :Mungkin normal atau adanya cardiomegali, CHF, atau
aneurisma ventrikiler.
1)
Echocardiogram
Mungkin harus di lakukan guna
menggambarkan fungsi atau kapasitas masing-masing ruang pada jantung.
2)
Exercise stress test
Menunjukan kemampuan jantung
beradaptasi terhadap suatu stress/ aktivitas.
3.2 Asuhan Keperawatan pada PJK
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
1
|
Penurunan curah jantung b/d respon fisiologis otot jantung, peningkatan
frekuensi, dilatasi, hipertrofi atau peningkatan isi sekuncup
|
NOC :
· Cardiac Pump effectiveness
· Circulation Status
· Vital Sign Status
Kriteria Hasil:
v Tanda Vital dalam rentang normal (Tekanan darah, Nadi, respirasi)
v Dapat mentoleransi aktivitas,
tidak ada kelelahan
v Tidak ada edema paru,
perifer, dan tidak ada asites
v Tidak ada penurunan kesadaran
|
NIC :
Cardiac Care
v Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas,lokasi, durasi)
v Catat adanya disritmia jantung
v Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac putput
v Monitor status
kardiovaskuler
v Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung
v Monitor abdomen sebagai indicator penurunan perfusi
v Monitor balance cairan
v Monitor adanya perubahan tekanan darah
v Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan antiaritmia
v Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan
v Monitor toleransi aktivitas pasien
v Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan ortopneu
v Anjurkan untuk menurunkan
stress
Vital Sign Monitoring
v Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
v Catat adanya fluktuasi tekanan darah
v Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
v Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
v Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas
v Monitor kualitas dari nadi
v Monitor adanya pulsus paradoksus
v Monitor adanya pulsus alterans
v Monitor jumlah dan irama jantung
v Monitor bunyi jantung
v Monitor frekuensi dan irama pernapasan
v Monitor suara paru
v Monitor pola pernapasan abnormal
v Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
v Monitor sianosis perifer
v Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
v Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
|
2
|
Perfusi jaringan tidak efektif b/d menurunnya curah jantung, hipoksemia
jaringan, asidosis dan kemungkinan thrombus atau emboli
Definisi :
Penurunan pemberian oksigen dalam kegagalan memberi
makan jaringan pada tingkat kapiler
|
NOC :
§ Circulation status
§ Tissue Prefusion : cerebral
Kriteria Hasil :
v mendemonstrasikan status sirkulasi yang ditandai dengan :
§ Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan
§ Tidak ada ortostatik hipertensi
§ Tidak ada tanda tanda peningkatan tekanan intrakranial (tidak lebih dari
15 mmHg)
v mendemonstrasikan kemampuan kognitif yang ditandai dengan:
§ berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan
§ menunjukkan perhatian, konsentrasi dan orientasi
§ memproses informasi
§ membuat keputusan dengan benar
v menunjukkan fungsi sensori motori cranial yang utuh : tingkat kesadaran
mambaik, tidak ada gerakan gerakan involunter
|
NIC :
Peripheral Sensation Management (Manajemen sensasi perifer)
v Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap
panas/dingin/tajam/tumpul
v Monitor adanya paretese
v Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada lsi atau
laserasi
v Gunakan sarun tangan untuk proteksi
v Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung
v Monitor kemampuan BAB
v Kolaborasi pemberian analgetik
v Monitor adanya tromboplebitis
v Diskusikan menganai penyebab perubahan sensasi
|
3
|
Gangguan pertukaran gas b/d kongesti paru, hipertensi pulmonal, penurunan
perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan penurunan curah jantung.
Definisi : Kelebihan atau kekurangan dalam
oksigenasi dan atau pengeluaran karbondioksida di dalam membran kapiler
alveoli
|
NOC :
§ Respiratory Status : Gas exchange
§ Respiratory Status : ventilation
§ Vital Sign Status
Kriteria
Hasil :
v Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat
v Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda tanda distress
pernafasan
v Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah,
tidak ada pursed lips)
v Tanda tanda vital dalam rentang normal
|
NIC :
Airway Management
v Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
v Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
v Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
v Pasang mayo bila perlu
v Lakukan fisioterapi dada jika perlu
v Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
v Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
v Lakukan suction pada mayo
v Berika bronkodilator bial perlu
v Barikan pelembab udara
v Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
v Monitor respirasi dan status O2
Respiratory Monitoring
v Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi
v Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan,
retraksi otot supraclavicular dan intercostal
v Monitor suara nafas, seperti dengkur
v Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul, hiperventilasi,
cheyne stokes, biot
v Catat lokasi trakea
v Monitor kelelahan otot diagfragma ( gerakan paradoksis )
v Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya ventilasi dan
suara tambahan
v Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi crakles dan ronkhi pada
jalan napas utama
v Uskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui hasilnya
AcidBase Managemen
v Monitro IV line
v Pertahankanjalan nafas paten
v Monitor AGD, tingkat elektrolit
v Monitor status hemodinamik(CVP, MAP, PAP)
v Monitor adanya tanda tanda gagal nafas
v Monitor pola respirasi
v Lakukan terapi oksigen
v Monitor status neurologi
v Tingkatkan oral hygiene
|
4
|
Kelebihan volume cairan b/d berkurangnya curah jantung, retensi cairan
dan natrium oleh ginjal, hipoperfusi ke jaringan perifer dan hipertensi
pulmonal
Definisi : Retensi cairan isotomik meningkat
|
NOC :
§ Electrolit and acid base balance
§ Fluid balance
Kriteria Hasil:
v Terbebas dari edema, efusi, anaskara
v Bunyi nafas bersih, tidak ada dyspneu/ortopneu
v Terbebas dari distensi vena jugularis, reflek hepatojugular (+)
v Memelihara tekanan vena sentral, tekanan kapiler paru, output jantung dan
vital sign dalam batas normal
v Terbebas dari kelelahan, kecemasan atau kebingungan
v Menjelaskanindikator kelebihan cairan
|
NIC :
Fluid management
v Timbang popok/pembalut jika diperlukan
v Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
v Pasang urin kateter jika diperlukan
v Monitor hasil lAb yang sesuai dengan retensi cairan (BUN , Hmt ,
osmolalitas urin )
v Monitor status hemodinamik termasuk CVP, MAP, PAP, dan PCWP
v Monitor vital sign
v Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan (cracles, CVP , edema,
distensi vena leher, asites)
v Kaji lokasi dan luas edema
v Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian
v Monitor status nutrisi
v Berikan diuretik sesuai interuksi
v Batasi masukan cairan pada keadaan hiponatrermi dilusi dengan serum Na
< 130 mEq/l
v Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk
Fluid Monitoring
v Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan eliminaSi
v Tentukan kemungkinan faktor resiko dari ketidak seimbangan cairan
(Hipertermia, terapi diuretik, kelainan renal, gagal jantung, diaporesis,
disfungsi hati, dll )
v Monitor berat badan
v Monitor serum dan elektrolit urine
v Monitor serum dan osmilalitas urine
v Monitor BP, HR, dan RR
v Monitor tekanan darah orthostatik dan perubahan irama jantung
v Monitor parameter hemodinamik infasif
v Catat secara akutar intake dan output
v Monitor adanya distensi leher, rinchi, eodem perifer dan penambahan BB
v Monitor tanda dan gejala dari odema
|
5
|
Cemas b/d penyakit kritis, takut kematian atau kecacatan, perubahan peran
dalam lingkungan social atau ketidakmampuan yang permanen.
Definisi :
Perasaan gelisah yang tak
jelas dari ketidaknyamanan atau ketakutan yang disertai respon autonom
(sumner tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); perasaan
keprihatinan disebabkan dari antisipasi terhadap bahaya. Sinyal ini merupakan
peringatan adanya ancaman yang akan datang dan memungkinkan individu untuk
mengambil langkah untuk menyetujui terhadap tindakan
|
NOC :
§ Anxiety
control
§ Coping
§ Impulse
control
Kriteria Hasil :
v Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
v Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontol
cemas
v Vital sign dalam batas normal
v Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas
menunjukkan berkurangnya kecemasan
|
NIC :
Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
v Gunakan pendekatan yang menenangkan
v Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
v Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
v Pahami prespektif pasien terhdap situasi stres
v Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
v Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis
v Dorong keluarga untuk menemani anak
v Lakukan back / neck rub
v Dengarkan dengan penuh perhatian
v Identifikasi tingkat kecemasan
v Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
v Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
v Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
v Barikan obat untuk mengurangi kecemasan
|
6
|
Intoleransi aktivitas b/d curah jantung yang rendah, ketidakmampuan
memenuhi metabolisme otot rangka, kongesti pulmonal yang menimbulkan
hipoksinia, dyspneu dan status nutrisi yang buruk selama sakit
Definisi : Ketidakcukupan
energu secara fisiologis maupun psikologis untuk meneruskan atau
menyelesaikan aktifitas yang diminta atau aktifitas sehari hari.
|
NOC :
§ Energy conservation
§ Self Care
: ADLs
Kriteria Hasil :
v Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan
darah, nadi dan RR
v Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri
|
NIC :
Energy Management
v Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
v Dorong anal untuk mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan
v Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan
v Monitor nutrisi dan sumber energi
tangadekuat
v Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan
v Monitor
respon kardivaskuler terhadap
aktivitas
v Monitor pola tidur dan lamanya
tidur/istirahat pasien
Activity Therapy
v Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalammerencanakan progran
terapi yang tepat.
v Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
v Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yangsesuai dengan kemampuan
fisik, psikologi dan social
v Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk
aktivitas yang diinginkan
v Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek
v Bantu untu mengidentifikasi aktivitas yang disukai
v Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
v Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
v Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
v Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan
v Monitor respon fisik, emoi, social dan spiritual
|
7
|
Kurang pengetahuan b/d keterbatasan pengetahuan penyakitnya, tindakan
yang dilakukan, obat obatan yang diberikan, komplikasi yang mungkin muncul
dan perubahan gaya hidup
Definisi :
Tidak adanya atau kurangnya informasi kognitif
sehubungan dengan topic spesifik.
Batasan karakteristik : memverbalisasikan adanya
masalah, ketidakakuratan mengikuti instruksi, perilaku tidak sesuai.
Faktor yang berhubungan : keterbatasan kognitif,
interpretasi terhadap informasi yang salah, kurangnya keinginan untuk mencari
informasi, tidak mengetahui sumber-sumber informasi.
|
NOC :
§ Kowlwdge :
disease process
§ Kowledge :
health Behavior
Kriteria Hasil :
v Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,
prognosis dan program pengobatan
v Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara
benar
v Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan
perawat/tim kesehatan lainnya.
|
NIC :
Teaching : disease Process
v Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien
tentang proses penyakit yang spesifik
v Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana
hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
v Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada
penyakit, dengan cara yang tepat
v Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
v Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang
tepat
v Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi,
dengan cara yang tepat
v Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang
kemajuan pasien dengan cara yang tepat
v Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
v Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
v Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan
second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan
v Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan
cara yang tepat
v Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas
lokal, dengan cara yang tepat
|
BAB IV
PENUTUP
PENYAKIT
JANTUNG KORONER
4.1
Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan antara
lain:
1. Penyakit
Jantung Koroner (pjk) adalah keadaaan dimana terjadi ketidak seimbangan antara
kebutuhan otot jantung atas oksigen dengan penyediaan yang di berikan oleh
pembuluh darah koroner. Ketidakmampuan pembuluh darah koroner untuk menyediakan
kebutuhan oksigen biasanya diakibatkan oleh penyumbatan athroma (plak) pada
dinding bagian dalam pembuluh darah koroner
2. Angina pektoris adalah suatu sindroma
kronis dimana klien mendapat serangan sakit dada yang khas yaitu seperti
ditekan, atau terasa berat di dada yang seringkali menjalar ke lengan sebelah
kiri yang timbul pada waktu aktifitas dan segera hilang bila aktifitas
berhenti.
3. Infark
miokard akut terjadi ketika iskemia miokard,yang biasanya timbul sebagai akibat
penyakit aterosklerosis arteri koroner, cukup untuk menghasilkan nekrosis
inversibel otot jantung.
4. Penyebab
PJK adalah merokok, hipertensi, diabetes mellitus,kolesterol tinggi dan factor
keturunan.
5. Penyebab
angina adalah arteriosklerosis, spasme arteri koroner, anemia berat, arthritis
dan aorta insufisieansi.
6. Penyabab
AMI adalah merokok, obesitas, stress, lemak tinggi, keturunan dan usia.
4.2 Saran
1. Bagi mahasiswa
a.Persiapan
diri sebaik mungkin sebelum melaksanakan tindakan asuhan keperawatan pada klien PJK, Angina dan AMI.
b. Hendaklah
jangan segan untuk bertanya kepada dosen instruktur atau membaca buku tentang hal-hal yang belum jelas tentang
penyakit PJK, Angina dan AMI.
c. Selalu
semangat ketika berdiskusi dan selalu bekerjasama ketika dalam belajar kelompok.
d.Bagi mahasiswa
di harapkan bisa melaksanakan tindakan asuhan keperawatan sesuai dengan
prosedur yang ada.
2. Bagi kampus/Dosen pembimbing
a. Mohon
bimbingannya supaya kami lebih memahami tentang konsep Penyakit Jantung
Koroner.
b. Kami
harapkan tidak bosan untuk memperhatikan dan mendengarkan konsultasi dari
mahasiswa.
Pembahasan menurut Jurnal Penelitian yang berhubungan
dengan Penyakit Jantung Koroner :
Menurut Jurnal dengan Judul “ PENGARUH DIET MAKROBIOTIK TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL DARAH
PADA PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER “
Di Indonesia PJK menempati posisi pertama sebagai
penyakit yang paling banyak menimbulkan kematian. Banyaknya faktor yang
mempengaruhi terjadinya PJK sehingga usaha pencegahannya bentuknya multifaktorial.
Pencegahan harus diusahakan sedapat mungkin dengan cara pengendalian
faktor-faktor resiko PJK dan merupakan hal yang cukup penting dalam usaha
pencegahan baik primer maupun sekunder. Pencegahan primer ditujukan pada mereka
yang sehat tetapi mempunyai resiko tinggi, sedangkan sekunder merupakan
upayamencegah memburuknya penyakit yang secara klinis diderita ( Sadewantoro,
2006). Penyebab yang mendasar salah satunya adalah kecenderungan pola makan
yang kurang sehat pada masyarakat. Kesalahan pola makan itu tidak lain karena
ketidakkeseimbangan komposisi makanan yang dikomsumsi. Fast food ( makanan siap
saji) yang makin menjamur di perkotaanyang mengandung protein, lemak,
karbohidrat yang tinggi dan sebaliknya kandungan serat, vitamin, dan mineral rendah.
Hal ini dapat menjadi pencetus dari berkembangnya penyakit degeneratif,
seperti PJK, hipertensi, diabetes dan
penyakit pembuluh darah lainya. Gaya hidup di perkotaan yang sering dilanda
stres dapat memacu kerja jantung dan meningkatkan tekanan darah tinggi serta
kebiasaan merokok. Penyakit menahun dan degeneratif yang banyak kita kenal,
sebetulnya dapat kita cegah dengan jalan mengubah cara hidup manusia itu
sendiri. Caranya denagn memperbaiki pola makan, yaitu makanan yang bervariasi
dan bergizi seimbang adalah makanan yang sehat untuk dikomsumsi. Nutrisi
merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh yang tidak hanya mendukung
aktifitas vital tubuh manusia tapi juga dapat mempengaruhi patologi atau efek
pencegahan atau terapi suatu penyakit, contoh pada PJK. Diet merupakan kunci
pencegahan PJK, sebab dengan menerapkan diet yang baik, penderita dapat
mengendalikan kemungkinan tingginya kadar kolesterol dan garam yang sangat
berhungan dengan penyakit ini. Selain itu, penderita dapat mengatur berapa jumlah
serat, gula ,protein, mineral ratio antar lemak jenuh dan tidak jenuh yang
harus dicukupi setiap hari. Salah satu cara yang sudah dikembangkan para
filsuf, cendikiawan dan dokter sepanjang sejarah adalah pendekatan makrobiotik.
Pendekatan makrobiotik ini menekankan pada pentingnya pola makan dan gaya serta
kebiasaan hidup yang benar. Dengan menggunakan prinsip-prinsip makrobiotik
untuk menghadapi dan menyesuaikan pola makan, lingkungan dan pengaruh-pengaruh
gaya hidup ,ribuan orang telah berhasil disembuhkan dari berbagai penyakit
termasuk penyakit jantung. Selain hal tersebut, pendekatan makrobiotik pun
dalam program penyembuhan dapat dijalankan secara bersamaan dengan pengobatan
konvensional (medis)(Hadibroto, 2006).
Diet makrobiotik bermanfaat dalam menurunkan tekanan
darah dan mengurangi resiko terkena penyakit jantung dan beberapa kanker
tertentu yang dimunculkan karena asupan lemak berlebihan ( Cassileth, 1998 ).
DAFTAR PUSTAKA
Anonym, Cara
Kerja Jantung, tersedia di www.wikipedia.org,
http://id.wikipedia.org/wiki/Jantung#Cara_Kerja_Jantung, (diakses 23 Maret
2012)
Corwin
Elizabeth J. Buku saku pathofisiologi. Edisis 3, alih bahasa Nike Budi Subekti,
Egi Komara Yuda, Jakarta: EGC, 2009. Docterman dan Bullechek. Nursing Invention
Classifications
(NIC), Edition 4, United States Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press,
2004. Elizabeth G. Nabel, M.D., and Eugene Braunwald, M.D, A Tale of Coronary
Artery Disease and Myocardial Infarction, tersedia di The New England Journal
of Medicine www.google.co.id,
http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMra1112570,
(diakses 23 Maret 2012)
Guyton,
Arthur C, Fisiologi Manusia dan Mekanisme Panyakit, Edisi 3, Jakarta: EGC,
1997. Maas, Morhead, Jhonson dan Swanson.
Nursing Out
Comes (NOC), United States Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press, 2004.
Taufik, Maulana, penyakit Jantung Koroner, tersedia di www.scribd.com,
http://www.scribd.com/doc/3161769/JANTUNG-KORONER, (diakses 23 Maret 2012)
Nanda
International. Diagnosis Keperawatan: Defenisi dan klassifikasi, Jakarata: EGC,
2009. Make Google view image button visible again: https://goo.gl/DYGbub
Make Google view image button visible again: https://goo.gl/DYGbub
Make Google view image button visible again: https://goo.gl/DYGbub
Dr. Anna
Ulfah Rahajoe ,SpJP(K),FIHA/ Dr.Sunarya
Soerianata ,SpJP (K),FIHA,FASCC ,Perhimpunan
Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia
( PP PERKI – 2014 )
Komentar
Posting Komentar